Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berencana mengenakan tarif sebesar 100% untuk semua film produksi asing yang masuk ke AS. Kebijakan ini diambil sebagai respons atas kondisi industri perfilman AS yang dinilai sedang merosot.
Trump berpendapat, selain untuk menghidupkan kembali kejayaan Hollywood, tarif ini juga bertujuan untuk mengurangi potensi ancaman terhadap keamanan nasional. Menurutnya, film asing seringkali membawa pesan dan propaganda yang berbahaya.
"Ini adalah upaya yang dibuat oleh negara-negara lain dan, oleh karena itu, merupakan ancaman bagi keamanan nasional. Selain itu, ini adalah pesan dan propaganda," tegas Trump melalui platform Truth Social.
Departemen Perdagangan AS akan bertanggung jawab untuk menerapkan tarif baru ini. Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyatakan kesiapannya untuk memulai proses penerapan tarif tersebut.
Bagaimana Tarif Ini Akan Bekerja?
Meskipun demikian, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait mekanisme penerapan tarif ini. Belum jelas apakah tarif 100% akan berlaku untuk film yang tayang di bioskop, platform streaming, atau keduanya. Selain itu, dasar perhitungan tarif juga belum ditentukan, apakah berdasarkan biaya produksi atau pendapatan box office.
Para eksekutif Hollywood sedang berusaha memahami implikasi dari kebijakan ini, namun Motion Picture Association belum memberikan komentar resmi.
Masa Depan Hollywood yang Tidak Lagi Terpusat
Trump telah lama menyerukan agar industri film AS kembali berjaya. Ia bahkan menunjuk sejumlah tokoh senior Hollywood, seperti Jon Voight, Sylvester Stallone, dan Mel Gibson, untuk membantu mewujudkan tujuan tersebut.
Namun, realitanya produksi film dan TV sudah tidak lagi terpusat di Hollywood. Banyak pembuat film dan produser yang memilih lokasi dengan insentif pajak yang lebih menarik.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2025, anggaran belanja konten global akan mencapai 248 miliar dollar AS (sekitar Rp4 triliun) untuk diberikan pada pemerintah setempat sebagai insentif. Perusahaan besar seperti Disney, Netflix, dan Universal Pictures juga semakin sering membuat film di luar negeri, seperti di Kanada dan Inggris.
Kebijakan tarif Trump ini menuai reaksi dari berbagai negara. Pemerintah Australia dan Selandia Baru menyatakan akan memberikan dukungan terhadap industri perfilman lokal mereka.
Mengapa Hollywood Mengalami Penurunan?
Industri perfilman Hollywood mengalami penurunan pendapatan selama satu dekade terakhir. Pada tahun 2023, sekitar separuh dari pengeluaran produser AS untuk proyek film dan TV dihabiskan di luar negeri.
FilmLA mencatat bahwa produksi film dan TV di Los Angeles mengalami penurunan sebesar 40 persen selama satu dekade terakhir. Selain itu, kebakaran hutan di Los Angeles juga dikhawatirkan akan semakin mengurangi minat produser untuk melakukan syuting di wilayah tersebut.
California kini berada di urutan keenam dalam daftar lokasi syuting favorit para pembuat film, kalah dari Toronto, Inggris, Vancouver, Eropa Tengah, dan Australia.
Efek Jangka Panjang dari Tarif Film Trump
Kebijakan tarif film ini merupakan kelanjutan dari langkah Trump untuk memulihkan pendapatan negara. Namun, banyak pihak yang khawatir bahwa kebijakan ini akan mengguncang pasar dan meningkatkan risiko resesi di AS.
Mantan pejabat senior Perdagangan, William Reinsch, berpendapat bahwa pembalasan terhadap tarif film Trump akan merugikan industri AS. Ia juga menambahkan bahwa alasan keamanan nasional atau keadaan darurat sulit untuk diajukan sebagai dasar penerapan tarif film.