Asma pada Lansia: Ancaman Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai

Asma seringkali dianggap sebagai penyakit masa kanak-kanak, namun faktanya, asma juga dapat menyerang kelompok usia lanjut. Bahkan, kematian akibat asma cenderung lebih tinggi pada mereka yang berusia di atas 60 tahun. Fenomena ini dikenal sebagai asma senilis atau asma geriatri, yang memerlukan perhatian khusus.

Meskipun data prevalensi asma di Indonesia belum tersedia secara pasti, angka global menunjukkan bahwa asma adalah masalah kesehatan yang signifikan di seluruh dunia. Faktor-faktor seperti penyakit penyerta, penurunan fungsi paru-paru terkait usia, dan kurangnya pemahaman tentang gejala asma dapat meningkatkan risiko kematian pada lansia.

Karakteristik Asma Senilis yang Tidak Khas

Asma pada lansia seringkali tidak menunjukkan gejala klasik seperti batuk, sesak napas, dan mengi. Gejala yang muncul justru mirip dengan penyakit jantung atau pneumonia, sehingga diagnosis menjadi lebih sulit. Selain itu, lansia dengan asma senilis juga rentan terhadap komplikasi sistemik seperti diabetes melitus, osteoporosis, dan penyakit jantung. Respon terhadap pengobatan asma standar pun cenderung kurang efektif, dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti beta blocker atau anti inflamasi non steroid dapat memperburuk kondisi.

Peran Sistem Kekebalan Tubuh yang Menurun

Teori imunitas lansia menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh mengalami penurunan fungsi. Produksi sel B dan T berkurang, dan respons imun terhadap infeksi melemah. Hal ini membuat lansia lebih rentan terhadap serangan asma.

Inflamasi Kronis dan Badai Sitokin

Asma senilis melibatkan perubahan pada sistem kekebalan tubuh yang terkait dengan penuaan. Perubahan ini memicu inflamasi kronis, dengan produksi sitokin pro inflamasi yang berlebihan. Sel T Helper, sel eosinofil, dan sel dendritik berperan penting dalam proses inflamasi ini. Sitokin seperti TNF-alfa dan IL-1beta juga terlibat dalam aktivasi sel imun, yang pada akhirnya memicu produksi leukotrien dan prostaglandin. Kondisi ini dapat memicu badai sitokin pro inflamasi yang sulit dikendalikan, dan berakibat fatal pada lansia.

Pentingnya Pencegahan dan Skrining

Pencegahan faktor penyebab asma senilis adalah kunci utama. Skrining risiko serangan asma pada lansia perlu dilakukan secara rutin untuk mengidentifikasi faktor-faktor seperti patogen, debu, alergen, infeksi saluran pernapasan, iritan lingkungan, aktivitas fisik, stres, obat-obatan tertentu, dan emosi yang dapat memicu asma. Dengan meningkatkan kesadaran dan responsif terhadap lansia yang berisiko mengidap asma, kita dapat membantu meningkatkan kualitas hidup mereka dan mencegah komplikasi yang serius.

Scroll to Top