Sebuah cerita pilu terungkap saat seorang siswi berkerudung mengikuti program pembinaan di barak militer Rindam III/Siliwangi. Program ini diinisiasi untuk membina siswa bermasalah, terutama yang terlibat pelanggaran disiplin dan pergaulan bebas.
Saat berdialog dengan siswa, seorang siswi membuat pengakuan mengejutkan. Ia mengaku terjerumus dalam konsumsi minuman keras. "Saya kena minuman keras," ujarnya.
Mendengar pengakuan tersebut, Dedi Mulyadi terkejut, "Minuman keras? Pakai kerudung kan?"
Siswi itu menceritakan bagaimana ia terpengaruh oleh pergaulan yang salah, awalnya hanya ikut-ikutan hingga akhirnya menjadi kebiasaan. Ia bahkan menjadi bagian dari kelompok bernama ‘Warsat’ (Warung Sesat) yang beranggotakan sembilan remaja yang gemar berpesta miras hingga larut malam.
"Saya sering pesta miras bersama teman-teman, bahkan sampai tidak terhitung sudah berapa kali," ungkapnya.
Kebiasaan buruk ini menyebabkan pola hidupnya berantakan, tidur larut malam dan bangun siang, yang berujung pada seringnya bolos sekolah.
Penyebab utama siswi ini terjerumus ke dalam dunia miras adalah konflik yang sering terjadi antara orang tuanya di rumah. Miras menjadi pelariannya, memberikan ketenangan sesaat hingga akhirnya ia kecanduan.
"Oh suka jengkel sama orang tua karena bapak ibunya suka berantem," ujar Dedi Mulyadi saat mendengar curahan hati siswi tersebut.
"Jadi jenuh lihat bapak ibu berantem? Karena jenuh lihat bapak ibu berantem, udahlah saya lawan dengan cara ini?" lanjutnya, yang dijawab dengan anggukan pelan dari siswi tersebut.
Meski demikian, siswi ini merasa nyaman berada di barak militer. Ia merasa hidupnya lebih teratur, makan teratur, tidur nyenyak, dan lebih tenang meski tanpa ponsel.
"Sekarang udah lepas HP dulu, bisa hidup tanpa HP kan? Selamat ya, kamu cantik, gak boleh sembarangan ya," pesan Dedi kepada siswi tersebut.
Melihat latar belakang kehidupan siswi ini, Dedi Mulyadi berencana membentuk sekolah khusus bagi remaja yang menghadapi masalah keluarga. Sekolah ini akan memberikan pendidikan dan disiplin yang dibimbing oleh TNI.
"Misalnya Pemprov Jabar nanti punya kelas khusus, di luar ada sekolah untuk temen-temen yang orang tuanya bertengkar terus, yang tidak ada orang tuanya, kemudian kita punya guru, punya disiplinnya dari TNI. Mau gak ngikutin sekolah itu?" tawar Dedi, yang langsung disambut jawaban "Mau" dari siswi tersebut.
Sebelumnya, sejumlah siswa yang dinilai bermasalah telah dikirim ke barak militer untuk mengikuti pelatihan fisik, kedisiplinan, agama, dan lainnya.