Serangan Mematikan Rusia Hantam Sumy, Ukraina: Puluhan Tewas, Termasuk Anak-Anak

Serangan Rusia menghantam pusat kota Sumy, Ukraina, mengakibatkan sedikitnya 34 orang tewas dan 117 lainnya luka-luka, termasuk 15 anak-anak. Dua rudal balistik Iskander menghantam wilayah dekat Universitas Negeri Sumy dan pusat kongres pada Minggu Palma, sekitar pukul 10:15 waktu setempat.

Gambar-gambar mengerikan dari lokasi kejadian menunjukkan mayat-mayat berserakan di jalanan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa seorang bayi yang lahir tahun ini termasuk di antara yang terluka, dan petugas medis berjuang keras menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin. Zelensky mengutuk serangan itu sebagai tindakan "sampah yang benar-benar gila" dan menekankan bahwa "perundingan tidak pernah menghentikan rudal balistik dan bom udara".

Otoritas Ukraina melaporkan bahwa 20 bangunan rusak, termasuk empat lembaga pendidikan, kafe, toko, dan lima gedung apartemen. Sepuluh mobil dan trem juga hancur akibat serangan tersebut. Zelensky menyerukan respons tegas dari negara-negara lain dan menekankan bahwa "tanpa tekanan pada agresor, perdamaian tidak mungkin terwujud."

Menurut laporan, pusat kongres universitas sering digunakan untuk kegiatan anak-anak, menjadikannya "pusat pendidikan untuk seluruh kota." Pejabat Sumy menyatakan bahwa rudal yang digunakan berisi bom curah, yang berpotensi menyebabkan kematian tanpa pandang bulu di area luas.

Seorang warga bernama Nataliia menceritakan bagaimana serangan kedua menghantam mobilnya saat ia dan anak-anak lainnya menuju tempat penampungan. Svitlana Smirnova, yang sedang berjalan menuju tempat perlindungan setelah menghadiri gereja, mengatakan bahwa seorang temannya terluka parah di sebuah bus yang terkena serangan dan kini dirawat di rumah sakit dalam keadaan tidak sadar.

Serangan ini memicu kecaman luas dari para pemimpin dunia. Utusan khusus AS untuk Ukraina, Keith Kellogg, menyebut serangan itu "melewati batas kesopanan." Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer mengutuk serangan itu sebagai "mengerikan" dan menyerukan gencatan senjata penuh dan segera tanpa syarat dari Presiden Putin. Presiden Prancis Emmanuel Macron menekankan kebutuhan mendesak untuk memberlakukan gencatan senjata terhadap Rusia, dengan menyatakan bahwa perang ini diprakarsai dan dilanjutkan oleh Rusia.

Serangan itu terjadi setelah pertemuan antara utusan AS Steve Witkoff dan Presiden Rusia Vladimir Putin di St Petersburg, yang difokuskan pada penyelesaian konflik Ukraina.

Scroll to Top