Setelah lebih dari dua dekade mewarnai dunia komunikasi digital, Microsoft resmi menghentikan layanan Skype. Langkah ini menandai babak akhir bagi sebuah platform yang pernah menjadi ikon, hampir 14 tahun sejak diakuisisi raksasa teknologi tersebut dengan nilai 8,5 miliar Dollar AS.
Dulu merajai ranah panggilan suara dan video berbasis internet, Skype kini tak mampu lagi bersaing dengan gempuran aplikasi modern seperti Zoom, Google Meet, dan WhatsApp.
Padahal, di puncak kejayaannya pada tahun 2009, Skype memiliki 405 juta pengguna dan mencatatkan 8 persen dari total menit panggilan internasional di seluruh dunia.
Skype: Dari Pelopor Jadi Korban Zaman
Di tahun 2003, Ketua FCC (Federal Communications Commission) AS, Michael Powell, bahkan menyebut Skype sebagai masa depan komunikasi.
Prediksi itu terbukti benar. Skype mempelopori sistem komunikasi peer-to-peer yang memungkinkan pengguna melakukan panggilan suara, video, mengirim SMS, hingga mengadakan konferensi daring dengan ratusan peserta dalam satu wadah.
Namun, seiring perkembangan zaman, kekuatan teknologi peer-to-peer yang dulu menjadi keunggulan Skype justru menjadi kendala.
Arsitektur sistem yang kompleks dan kurang ideal untuk era mobile membuat Skype tertinggal. Perangkat seluler membutuhkan aplikasi yang selalu terhubung, ringan, dan berbasis cloud – sesuatu yang sulit diwujudkan Skype tanpa mengubah fondasi teknologinya.
Strategi Microsoft dan Momen yang Terlewatkan
Pasca akuisisi, Microsoft memutuskan untuk mengakhiri layanan pesan populer Windows Live Messenger demi memfokuskan sumber daya pada Skype.
Namun, alih-alih melakukan penyempurnaan, Microsoft justru dinilai menambahkan terlalu banyak fitur yang tidak relevan. Peluncuran ulang antarmuka yang kurang sukses dan eksperimen seperti Skype Qik justru membingungkan pengguna.
Saat pandemi COVID-19 melanda di tahun 2020 dan kebutuhan video call meningkat drastis, aplikasi seperti Zoom lah yang justru menjadi sorotan dunia.
Skype, yang seharusnya menjadi pilihan utama, gagal memanfaatkan momentum tersebut. Saat Microsoft meluncurkan Teams – aplikasi komunikasi yang berfokus pada pengguna korporat – prioritas Skype semakin terabaikan.
Skype: Mimpi Komunikasi Global yang Tak Tercapai
Skype pernah menyatukan dunia melalui satu identitas: dengan akun Skype, seseorang bisa terhubung dengan siapa pun di seluruh dunia. Namun kini, ekosistem komunikasi terpecah menjadi berbagai aplikasi tertutup – dari WhatsApp hingga Signal – yang semuanya menawarkan solusi parsial.
"Yang kita butuhkan bukan hanya platform media sosial atau aplikasi kerja," tulis seorang analis teknologi. "Kita butuh lapisan komunikasi internet yang universal dan terbuka. Skype dulu hampir mewujudkannya."
Meskipun sudah lama tidak digunakan oleh banyak orang, kepergian Skype tetap meninggalkan nostalgia. Ia adalah simbol dari mimpi tentang komunikasi global yang bebas, efisien, dan mudah diakses oleh siapa saja.