Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2025 tercatat sebesar 4,87 persen. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi angka ini adalah penurunan pertumbuhan belanja pemerintah.
Menurut Sri Mulyani, belanja pemerintah pada triwulan I tahun sebelumnya lebih tinggi karena adanya pelaksanaan Pemilu dan percepatan penyaluran bantuan sosial (bansos) untuk mengatasi dampak El Nino. Hal ini menyebabkan high base effect yang mempengaruhi angka pertumbuhan belanja pemerintah pada triwulan I 2025. Meskipun demikian, belanja pemerintah menunjukkan peningkatan di akhir triwulan I seiring dengan masa transisi pemerintahan.
Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian global. Konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang utama, didukung oleh berbagai insentif dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan harga pangan yang stabil. APBN juga berperan penting dalam mendukung program-program prioritas selama masa transisi pemerintahan.
Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,89 persen, didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat selama libur tahun baru serta pergeseran libur Ramadan dan Idulfitri ke triwulan I. Daya beli masyarakat terjaga berkat insentif pemerintah seperti pemberian THR, diskon tarif listrik dan tol, serta insentif pajak untuk properti dan sektor padat karya. Pemerintah juga berupaya menjaga stabilitas harga pangan melalui peran Bulog.
Investasi mengalami pertumbuhan terbatas sebesar 2,12 persen, terutama dipengaruhi oleh perlambatan investasi bangunan. Sementara itu, ekspor tumbuh stabil sebesar 6,78 persen, didukung oleh ekspor komoditas sawit dan besi baja.
Sektor pertanian mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 10,52 persen, didorong oleh peningkatan produksi padi pada panen raya dan permintaan bahan pangan selama Ramadan. Peningkatan produktivitas ini didukung oleh distribusi pupuk bersubsidi yang lebih baik. Produksi beras nasional pada periode Januari-Februari 2025 meningkat lebih dari 60 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan stok beras di Bulog mencapai 2,5 juta ton.
Industri pengolahan tumbuh sebesar 4,55 persen, didorong oleh aktivitas hilirisasi. Sektor perdagangan juga mencatat pertumbuhan positif sebesar 5,03 persen. Sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makan minum masing-masing tumbuh 9,01 persen dan 5,75 persen, mengindikasikan mobilitas dan daya beli masyarakat yang kuat. Sektor pengadaan listrik tumbuh 5,11 persen berkat diskon harga listrik. Sementara itu, sektor pertambangan mengalami kontraksi akibat penurunan harga komoditas global.
Sektor konstruksi tumbuh terbatas sebesar 2,18 persen akibat sentimen wait and see investor. Sektor jasa pendidikan dan kesehatan tumbuh kuat masing-masing sebesar 5,03 persen dan 5,78 persen, didukung oleh belanja negara di sektor pendidikan dan kesehatan.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, aktivitas ekonomi tetap memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Tingkat pengangguran turun dari 4,82 persen pada tahun 2024 menjadi 4,76 persen pada tahun ini. Penciptaan lapangan kerja mencapai 3,59 juta orang, meningkat dari 3,55 juta orang pada tahun 2024.
Pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan koordinasi dan dukungan antar kementerian/lembaga, serta melakukan deregulasi untuk mengatasi hambatan dalam perdagangan dan investasi. Pemerintah juga akan mempercepat realisasi penyerapan anggaran dan memperluas cakupan program-program prioritas seperti makan bergizi gratis dan dukungan untuk sektor perumahan melalui insentif perpajakan dan perluasan target Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).