Mengapa Menguap Bisa Menular? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Menguap, sebuah tindakan yang sering kali memicu reaksi berantai di sekitar kita. Fenomena ini memunculkan pertanyaan: benarkah menguap itu menular?

Ternyata, secara ilmiah, jawabannya adalah ya. Meskipun tujuan pasti dari menguap masih menjadi misteri, kaitannya dengan ritme sirkadian tubuh cukup kuat. Menguap cenderung terjadi saat tubuh sedang dalam fase transisi, seperti saat bangun atau akan tidur.

Lalu, bagaimana bisa menguap menular dari satu orang ke orang lain?

Jawabannya terletak pada "neuron cermin" di otak kita. Neuron-neuron ini aktif merespons tindakan yang kita lihat dilakukan orang lain. Ketika kita melihat seseorang menguap, neuron cermin kita ikut terpicu, yang kemudian memicu kita untuk menguap juga. Inilah mengapa menguap mudah menyebar di lingkungan sosial.

Menariknya, penularan menguap lebih sering terjadi pada orang yang saling mengenal dekat. Studi menunjukkan bahwa kita lebih mungkin ikut menguap saat melihat teman atau keluarga menguap, dibandingkan dengan orang asing. Hal ini mungkin disebabkan oleh "bias keakraban," di mana kita secara alami lebih memperhatikan orang-orang terdekat kita.

Selain itu, menguap yang menular bisa jadi merupakan mekanisme evolusioner untuk meningkatkan kewaspadaan dalam kelompok. Menguap dapat membantu mendinginkan otak, yang pada gilirannya meningkatkan kewaspadaan. Efek pendinginan ini akan lebih efektif jika ditularkan ke seluruh anggota kelompok. Menguap juga dapat berfungsi untuk menyelaraskan pola perilaku suatu kelompok.

Meskipun demikian, tidak semua orang rentan terhadap penularan menguap. Penelitian menunjukkan bahwa hanya sekitar 40-60% orang yang akan ikut menguap setelah melihat orang lain melakukannya.

Hubungan antara menguap yang menular dengan empati masih belum jelas. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan, sementara yang lain tidak.

Scroll to Top