Kecerdasan Buatan Jadi Senjata Baru Berantas Malaria di Indonesia

Jakarta – Kecerdasan buatan (AI) menunjukkan potensi besar dalam membantu mengendalikan malaria di Indonesia. Para peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan sistem AI canggih untuk deteksi malaria yang lebih akurat.

Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber (PRKAKS) BRIN berfokus pada pengembangan algoritma Plasmodium. Meski tantangan standarisasi pewarnaan gambar masih menjadi kendala, integrasi AI diharapkan dapat meningkatkan diagnosis malaria secara signifikan.

Lebih jauh lagi, AI dapat dipadukan dengan teknologi lain seperti drone untuk mengidentifikasi lokasi perindukan nyamuk Anopheles. Informasi ini sangat berharga bagi puskesmas untuk melakukan tindakan cepat dalam membasmi larva nyamuk di area tersebut. Pendekatan ini, yang dikenal sebagai larva source management, berpotensi memperkuat program pengendalian malaria di Indonesia.

Selain itu, AI juga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi morfologi nyamuk. Hal ini membantu membedakan nyamuk pembawa malaria dari spesies lainnya. Pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium (wet lab) kemudian dapat mengkonfirmasi apakah nyamuk tersebut merupakan vektor malaria.

Riset malaria di BRIN tidak hanya menghasilkan pengetahuan baru, tetapi juga mendukung percepatan eliminasi malaria di Indonesia, yang ditargetkan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2030. Peneliti BRIN menjalin kerjasama erat dengan berbagai pihak, termasuk universitas dalam dan luar negeri, WHO, UNICEF, Tim Kerja Malaria Kementerian Kesehatan, serta Dinas Kesehatan dan instansi terkait lainnya.

Scroll to Top