The Fed Tahan Suku Bunga di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Trump, Ekonomi AS Melambat?

Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), kembali memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25-5,50%. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan dampak dari kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Pengumuman ini disampaikan setelah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS, atau Kamis dini hari waktu Indonesia (8/5/2025). Ini menandai kali ketiga The Fed menahan suku bunga setelah serangkaian pemangkasan sebesar 100 basis poin (bps) yang dilakukan pada September, November, dan Desember 2024. Sebelumnya, The Fed secara agresif menaikkan suku bunga sebesar 525 bps dari Maret 2022 hingga Juli 2023 untuk menekan inflasi.

Kebijakan tarif impor yang besar-besaran, yang diumumkan pada 2 April 2025, menjadi faktor utama yang meningkatkan ketidakpastian ekonomi. The Fed mengakui bahwa kebijakan ini meningkatkan risiko terhadap stabilitas harga dan pasar tenaga kerja.

Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menekankan bahwa bank sentral akan mengambil pendekatan hati-hati dan menunggu data lebih lanjut sebelum mengambil tindakan lebih lanjut. "Ini bukan situasi di mana kita bisa bertindak secara pre-emptif," ujarnya.

Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi AS melandai ke 2,4% pada Maret 2025, sementara tingkat pengangguran tetap stabil di 4,2% pada April. Meskipun demikian, Powell menegaskan bahwa banyak hal yang belum diketahui dan The Fed berada dalam posisi yang baik untuk bersabar dan melihat perkembangan selanjutnya.

Powell juga menyampaikan bahwa pemangkasan suku bunga di masa depan sangat bergantung pada perkembangan inflasi dan pasar tenaga kerja. Selain itu, negosiasi perdagangan dengan mitra dagang utama seperti Tiongkok juga dapat memengaruhi prospek ekonomi.

Kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Trump telah berdampak pada rantai pasokan dan berkontribusi pada kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) AS sebesar 0,3% pada kuartal I 2025. Ini merupakan kontraksi pertama sejak kuartal I-2022. Meskipun demikian, Powell mencatat bahwa aktivitas ekonomi secara keseluruhan dan pasar tenaga kerja masih menunjukkan ketahanan.

Sejumlah indikator lain juga mengindikasikan adanya perlambatan ekonomi. Indeks Keyakinan Konsumen AS mengalami penurunan tajam pada April 2025, mencerminkan meningkatnya pesimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Sementara itu, Indeks PMI Manufaktur AS terus mengalami penurunan selama tiga bulan berturut-turut.

Powell mengindikasikan bahwa jika tren ini berlanjut, The Fed mungkin tidak akan mencapai target stabilitas harga dan pasar tenaga kerja dalam waktu dekat, sehingga suku bunga bisa tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Di tengah kritik dari Gedung Putih, Powell menegaskan bahwa ia tidak pernah dan tidak akan pernah meminta pertemuan dengan Presiden Trump maupun presiden AS lainnya. Ia menekankan pentingnya menjaga independensi bank sentral di tengah tekanan politik yang meningkat.

Hubungan antara Trump dan Powell menjadi sorotan karena Trump berulang kali mendesak Powell untuk segera menurunkan suku bunga, bahkan mengancam akan memecatnya.

Scroll to Top