Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia sempat mengalami koreksi setelah mencatatkan kenaikan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Penguatan nilai tukar dolar AS dan tanggapan pasar yang kurang memuaskan terhadap pernyataan Ketua The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, menjadi faktor pendorong penurunan tersebut.
Pada perdagangan sebelumnya, harga emas global anjlok sebesar 1,90% ke level US$3.364,32 per troy ons, menghentikan tren positif selama dua hari berturut-turut. Namun, pada perdagangan hari ini, harga emas kembali menunjukkan penguatan tipis sebesar 0,21% ke posisi US$3.371,44 per troy ons hingga pukul 06.15 WIB.
Penurunan harga emas pada hari Rabu disebabkan oleh menguatnya dolar AS dan meredanya kekhawatiran terkait perang dagang antara China dan AS. Investor juga merasa kurang puas dengan nada hati-hati yang disampaikan oleh Ketua The Fed, Jerome Powell, mengenai kondisi ekonomi AS.
Indeks dolar AS melonjak 0,38% ke level 99,61 pada hari Rabu, mematahkan pelemahan selama tiga hari sebelumnya.
The Fed kembali mempertahankan suku bunganya di kisaran 4,25-4,50% pada pertemuan bulan ini. Keputusan ini mencerminkan kehati-hatian bank sentral dalam mengantisipasi dampak kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump.
Keputusan untuk menahan suku bunga diambil di tengah meningkatnya ketidakpastian yang disebabkan oleh kebijakan tarif impor besar-besaran yang diumumkan pada awal April 2025.
Dalam pernyataannya, The Fed mengakui adanya peningkatan risiko terhadap stabilitas harga dan ketenagakerjaan. Kondisi ini menempatkan bank sentral dalam posisi sulit untuk menentukan arah kebijakan selanjutnya.
Jerome Powell menekankan bahwa bank sentral akan tetap bersabar dalam menentukan langkah kebijakan berikutnya, mengingat tingginya ketidakpastian yang masih menyelimuti prospek ekonomi.
Meskipun demikian, sejumlah analis berpendapat bahwa investor tetap optimis terhadap emas sebagai aset safe haven. Penurunan harga dianggap sebagai peluang untuk melakukan pembelian karena keyakinan yang kuat terhadap potensi kenaikan harga emas di masa depan.
Harga emas telah melonjak 31% sepanjang tahun ini, didorong oleh risiko geopolitik dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral. Bank sentral China tercatat terus menambah cadangan emas mereka selama enam bulan berturut-turut hingga bulan April.
Selain itu, pertemuan antara pejabat tinggi AS dan China untuk membahas isu perdagangan juga turut mempengaruhi sentimen pasar.
Dengan demikian, meskipun sempat terkoreksi, prospek emas tetap menarik di tengah ketidakpastian ekonomi global.