Waspada! Nyeri Perut Berujung Radang Usus Buntu, Kisah Ajeng Jadi Pelajaran

Kesehatan adalah aset berharga. Menjaga pola makan bergizi menjadi kunci utama. Kisah Ajeng, seorang wanita berusia 25 tahun dari Bogor, menjadi pengingat pentingnya hal ini. Awal tahun 2025, Ajeng didiagnosis radang usus buntu, kondisi yang bermula dari nyeri perut yang sering diabaikan.

Gejala nyeri perut sudah dirasakan Ajeng sejak tahun 2024. Nyeri tajam itu awalnya muncul di perut bagian kiri bawah. Seiring waktu, rasa sakitnya berpindah-pindah, hingga akhirnya menetap di area bawah dan kanan pusar.

Salah Diagnosis Awal

Awalnya, Ajeng mengira nyeri tersebut disebabkan oleh asam lambung yang naik. Namun, ia merasakan perbedaan yang signifikan.

"Sakitnya beda dengan sakit maag biasa," ujarnya.

Puncak rasa sakit terjadi saat Ajeng sedang berkumpul dengan teman-temannya di sebuah kafe. Setelah minum thai tea, ia tiba-tiba merasakan sakit perut yang luar biasa.

Karena memiliki riwayat asam lambung, Ajeng tidak terlalu khawatir. Namun, karena rasa sakitnya tak tertahankan, teman-temannya membawanya ke IGD. Di sana, dokter menduga penyebabnya adalah asam lambung dan memberikan suntikan pereda nyeri, lalu memperbolehkannya pulang.

Keesokan harinya, rasa sakit kembali menyerang. Setiap kali makan, Ajeng merasa mual dan muntah.

"Dibawa ke klinik dekat rumah, diagnosanya tetap asam lambung. Saya diinfus dan diperbolehkan pulang," jelasnya.

Namun, kondisi Ajeng tak kunjung membaik. Rasa sakit justru semakin tajam, terutama di bagian kanan bawah pusar. Orang tua Ajeng akhirnya membawanya kembali ke IGD karena khawatir.

Kisah Ajeng ini menjadi pelajaran berharga. Jangan sepelekan nyeri perut, terutama jika berlangsung lama dan disertai gejala lain. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai. Kesehatan adalah investasi, jaga pola makan dan segera periksakan diri jika ada keluhan.

Scroll to Top