Komika GJLS Targetkan 54 Juta Penonton untuk Film ‘IBUKU IBU-IBU’

Trio komika ternama, Ananta Rispo, Rigen Rakelna, dan Hifdzi Khoir, melebarkan sayap ke dunia perfilman melalui film berjudul ‘GJLS: IBUKU IBU-IBU’. Dengan sentuhan komedi khas mereka, film ini diharapkan memberikan warna baru dalam genre komedi. Bahkan, Rispo dengan percaya diri menargetkan angka penonton yang fantastis.

"Berdasarkan data, jumlah pengikut GJLS Entertainment di Instagram terakhir saya lihat ada 54 ribu. Jika diasumsikan setiap orang mengajak satu juta penonton, maka targetnya adalah 54 juta penonton," ujar Rispo sembari tertawa.

Target yang Realistis

Walaupun terdengar seperti candaan, Rispo mencoba menjelaskan logikanya berdasarkan popularitas GJLS di berbagai podcast.

"Jika dilihat dari data dan penampilan kami di podcast lain, rata-rata penontonnya mencapai 500 ribu hingga sejuta," jelas Rispo.

Ia juga meyakini bahwa setiap penggemar berpotensi mengajak lebih banyak orang untuk menonton. Walaupun estimasi maksimal bisa mencapai 400 juta penonton, mereka tetap memilih target yang lebih realistis.

"Jika satu orang mengajak 10 orang saja, itu sudah 10 juta penonton tambahan. Jadi sebenarnya potensinya bisa mencapai 400 juta, tapi kami ingin tetap realistis di angka 54 juta," lanjut Rispo.

Bertabur Bintang Ternama

Film ‘GJLS: IBUKU IBU-IBU’ yang dijadwalkan tayang pada 12 Juni 2025, akan menampilkan deretan bintang ternama. Selain trio GJLS, film ini juga akan dibintangi oleh Luna Maya, Bucek Depp, dan Nadya Arina.

Rigen, sebagai salah satu pemain, merasa bahwa naskah film ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. Ia juga mengapresiasi cara sutradara Monty Tiwa dalam menyampaikan cerita.

"Monty Tiwa membawa cerita yang dekat dengan masyarakat, ringan, dan tidak berat. Ceritanya akan lengkap, dan komedinya akan memperkenalkan GJLS kepada lebih banyak orang," jelas Rigen.

Daya Tarik GJLS

Salah satu daya tarik utama film ini adalah proses syuting yang dinamis dan penuh kebebasan. Rispo mengungkapkan bahwa banyak improvisasi yang dilakukan selama pengambilan gambar.

"Banyak adegan yang merupakan hasil improvisasi. Monty Tiwa sangat terbuka dengan ide-ide kami. Jika kami sudah mulai aneh, ia akan memberikan sedikit arahan," kata Rispo.

Namun, improvisasi yang tidak sesuai dengan konteks terkadang menimbulkan masalah di lokasi syuting. Hifdzi menceritakan momen ketika Rispo sempat ditegur karena menambahkan adegan yang tidak pas secara emosional.

"Ada satu adegan di mana Rispo tiba-tiba menyebut ada tukang somay, padahal adegan tersebut seharusnya sedih. Ia langsung ditegur oleh Monty Tiwa," ucap Hifdzi.

Menurut Hifdzi, spontanitas Rispo seringkali lebih ditujukan untuk menghibur suasana daripada memperkuat adegan. Meskipun kadang harus mengulang pengambilan gambar, hal itu justru membuat suasana kerja menjadi lebih santai.

"Improvisasi Rispo lebih untuk menghibur kru daripada kebutuhan film," kata Hifdzi.

Membuat Penasaran

Meskipun penuh kejutan dan semangat komedi, Rispo sendiri memilih untuk tidak terlalu banyak menjelaskan isi filmnya. Ia mengajak penonton untuk datang langsung ke bioskop agar bisa merasakan sendiri sensasinya.

"Saya tidak mau banyak bicara. Jika ada yang bertanya, ‘Apakah harus menonton film GJLS?’, saya akan menjawab tidak harus. Tapi jika ingin mendapatkan pengalaman berbeda dari film komedi yang sudah ada, kalian wajib menontonnya. Ada kemungkinan beberapa studio akan saya obrak-abrik," tutupnya.

Scroll to Top