Kualitas tidur yang baik atau "sleep hygiene" ternyata menjadi kunci penting untuk mencegah demensia alzheimer pada lanjut usia (lansia). Dokter spesialis kejiwaan menekankan bahwa menciptakan pola tidur yang teratur pada lansia dapat memberikan istirahat yang cukup dan menjaga fungsi otak, sehingga mengurangi risiko penyakit yang sering menyerang usia di atas 60 tahun.
Pola tidur lansia seringkali terbalik, tidur sebentar-sebentar di siang hari dan sulit tidur di malam hari. Oleh karena itu, penerapan "sleep hygiene" menjadi krusial.
Demensia alzheimer merupakan bagian dari demensia, yaitu penurunan fungsi otak yang sering dialami lansia. Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan plak dan kekusutan serabut saraf di otak akibat radikal bebas. Selain faktor genetik dan riwayat keluarga, gaya hidup tidak sehat seperti begadang, merokok, dan konsumsi alkohol juga meningkatkan risiko.
Bagaimana cara menciptakan "sleep hygiene" untuk lansia?
Peran perawat lansia (caregiver) sangat penting. Pastikan kamar tidur lansia bersih dan nyaman. Suhu ruangan harus tepat, tidak terlalu panas atau dingin. Idealnya, kamar tidur berada dalam kondisi gelap untuk merangsang produksi hormon melatonin yang mendukung tidur nyenyak. Jika lansia takut gelap, gunakan lampu tidur kecil.
Selain itu, lansia sebaiknya hanya menggunakan kamar tidur untuk beristirahat dan tidur, bukan untuk aktivitas lain seperti menonton TV atau bermain ponsel.
Menurut data WHO tahun 2021, 57 juta orang di dunia mengalami demensia, dan 60-70% di antaranya adalah pengidap Demensia Alzheimer. Di Indonesia, prevalensi demensia alzheimer mencapai 27,9% pada tahun 2023.
Mengingat angka yang cukup tinggi, penting bagi masyarakat untuk mendukung lansia dalam menghindari faktor-faktor penyebab demensia alzheimer, agar mereka tetap mandiri dan aktif di usia senja.