Presiden AS saat itu, Donald Trump, membuat gebrakan kontroversial dengan mengancam akan mengenakan tarif pajak sebesar 25% kepada produk Apple, termasuk iPhone dan iPad, yang diimpor ke Amerika Serikat. Langkah ini disebut-sebut sebagai upaya untuk mendorong Apple membangun pabrik dan memproduksi perangkatnya di dalam negeri.
Namun, di balik alasan resmi tersebut, tersiar kabar bahwa kekecewaan Trump terhadap CEO Apple, Tim Cook, menjadi pemicu utama. Kabarnya, Trump geram karena Cook tidak menghadiri kunjungan dinas kenegaraannya ke Timur Tengah pada Mei 2025. Padahal, sejumlah petinggi perusahaan teknologi AS lainnya, seperti CEO Nvidia Jensen Huang dan CEO OpenAI Sam Altman, turut hadir.
Trump secara terbuka memuji Huang atas kehadirannya, sambil menyindir ketidakhadiran Cook. Ia bahkan sempat mengungkapkan adanya "masalah kecil" dengan Cook, yang diduga menjadi alasan absennya sang CEO Apple.
Beberapa hari setelah kunjungan tersebut, Trump melontarkan ancaman tarif pajak terhadap produk Apple. Meski awalnya hanya menargetkan Apple, Trump kemudian memperluas ancaman tersebut ke semua produsen smartphone global yang menjual produknya di AS, termasuk Samsung. Ia menekankan bahwa kebijakan ini harus adil bagi semua pihak.
"Ancaman kebijakan tarif ini juga berlaku untuk Samsung dan siapa pun yang membuat produk smartphone, kalau tidak begini, saya tidak adil," jelas Trump.
Hubungan antara Trump dan Cook sebenarnya terbilang cukup baik. Sebelumnya, Trump bahkan sempat menelepon Cook setelah AS dan China sepakat menurunkan tarif bea masuk timbal balik.
Namun, ancaman tarif pajak ini menimbulkan ketidakpastian di industri smartphone. Apple sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait ancaman Trump.
Trump sangat mengharapkan realisasi investasi Apple di AS yang mencapai ribuan triliun rupiah. Ia menyatakan bahwa investasi tersebut akan digunakan untuk membangun banyak pabrik Apple di AS.
Sebelumnya, Cook mengumumkan rencana investasi besar-besaran senilai 500 miliar dollar AS (sekitar Rp 8.000 triliun) yang akan digelontorkan secara bertahap selama empat tahun ke depan. Investasi ini bertujuan untuk memperkuat inovasi teknologi, manufaktur canggih, dan pengembangan kecerdasan buatan (AI) di dalam negeri, serta menciptakan lapangan kerja baru di AS.