Kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron bersama Presiden terpilih Prabowo Subianto ke Candi Borobudur pada 28 Mei 2025 mendatang, menjadi momen penting untuk menyoroti kembali keajaiban dunia yang pernah terlupakan ini. Persiapan intensif pun dilakukan untuk menyambut acara bersejarah tersebut.
Namun, tahukah Anda bahwa kemegahan Borobudur yang kita saksikan hari ini tidak akan terwujud tanpa penemuan kembali yang unik? Bukan penduduk lokal atau orang Jawa yang pertama kali mengungkapnya, melainkan seorang Inggris, berkat informasi awal dari seorang tokoh Tionghoa.
Borobudur, dibangun antara 750-850 M oleh Dinasti Syailendra, perlahan terlupakan seiring berjalannya waktu. Terkubur tanah, ditumbuhi semak belukar, dan rusak akibat bencana alam, candi ini nyaris tak dikenal.
Titik balik terjadi berkat Tan Jin Sing, seorang keturunan Tionghoa yang menjabat sebagai Bupati Yogyakarta. Pada sekitar tahun 1813, ia bertemu dengan Letnan Gubernur Jawa, Thomas Stamford Raffles, dan menyampaikan informasi penting. Tan Jin Sing melaporkan bahwa mandornya di Desa Bumisegoro melihat sebuah candi besar. Meskipun keberadaan candi ini sudah lama diketahui oleh warga setempat, mereka kurang memberikan perhatian, sehingga kondisinya sangat memprihatinkan.
Raffles, yang memiliki ketertarikan pada peninggalan kuno, sangat antusias dengan kabar ini. Ia segera meminta Tan untuk mengantarkannya ke lokasi. Bersama warga lokal yang sering mengunjungi daerah tersebut, Tan membuktikan kebenaran informasi tersebut. Mereka menemukan monumen kuno yang tertutup vegetasi dan tertimbun tanah. Warga lokal menyebut candi itu "Borobudur."
Tan Jin Sing memperkirakan usia candi tersebut lebih dari 100 tahun. Dari sinilah awal mula terungkapnya kembali Candi Borobudur.
Raffles segera memerintahkan pemugaran besar-besaran. Arkeolog Belanda, Christian Cornelius, yang berpengalaman dalam restorasi candi di Jawa, turut serta dalam proyek ini. Tim yang dipimpin Raffles, termasuk Tan Jin Sing, Cornelius, dan sekitar 200 warga lokal, mulai membersihkan Borobudur. Mereka menebang rumput liar dan menggali tanah yang menutupi candi secara bertahap.
Setelah dua minggu bekerja keras, kemegahan Borobudur yang sempat terlupakan mulai tampak. Cornelius kemudian membuat laporan rinci tentang candi tersebut dan mengirimkannya kepada Raffles di Batavia. Sejak saat itu, Borobudur menjadi perhatian banyak orang sebagai monumen kuno bersejarah.
Raffles, Tan Jin Sing, dan Cornelius mungkin bukan orang pertama yang secara fisik menemukan Candi Borobudur. Namun, peran mereka sangat penting dalam membangkitkan kembali minat terhadap Borobudur, terutama dari para ahli dan peneliti Eropa. Berkat mereka, Borobudur tidak hanya menjadi reruntuhan yang tak dikenal.
Setelah Inggris meninggalkan Jawa pada tahun 1816, pemerintah kolonial Belanda melanjutkan upaya mengungkap misteri Borobudur. Melalui serangkaian penggalian dan pemugaran yang panjang, hasil kerja keras tersebut kini dapat dinikmati oleh seluruh dunia, termasuk Emmanuel Macron dan Prabowo Subianto.