Jakarta – Seringkali kita menganggap penuaan otak hanya soal penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir. Padahal, proses ini juga berkaitan erat dengan risiko penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan Alzheimer. Namun, tahukah Anda bahwa depresi ternyata bisa mempercepat proses penuaan otak?
Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa gangguan depresi mayor – bukan sekadar perasaan sedih sesaat – bisa membuat otak seseorang terlihat lebih tua dari usia sebenarnya. Depresi mayor adalah kondisi serius yang memengaruhi perasaan, pikiran, dan perilaku, serta berdampak signifikan pada kesehatan emosional dan fisik.
Para peneliti menganalisis hasil pemindaian otak dari ratusan partisipan, sebagian di antaranya mengalami depresi. Hasilnya menunjukkan bahwa otak orang dengan depresi terlihat jauh lebih tua dibandingkan mereka yang tidak mengalami gangguan mental tersebut.
Perubahan signifikan ditemukan pada struktur otak, terutama pada area ventral kiri dan bidang mata premotorik, yang menunjukkan adanya penipisan jaringan. Struktur-struktur otak ini krusial untuk fungsi kognitif seperti perhatian, memori, penalaran, dan pengendalian diri.
Penelitian ini menemukan korelasi antara penipisan otak dengan ketidakseimbangan kadar neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, dan glutamat. Ketidakseimbangan ini, yang sering terjadi pada orang dengan depresi, ternyata dapat memicu perubahan pada struktur otak.
Selain faktor lingkungan dan gaya hidup, depresi juga memiliki komponen genetik. Artinya, faktor keturunan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi.
Penting untuk diingat bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jangan meremehkan dampak depresi. Studi ini membuktikan bahwa depresi bukan hanya sekadar masalah suasana hati, tetapi juga bisa berdampak serius pada kesehatan fisik, khususnya kesehatan otak. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika Anda merasa mengalami gejala depresi.
