Penggunaan minyak babi dalam masakan kembali menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Kasus sebuah rumah makan ayam goreng di Solo yang menggunakan minyak babi untuk menggoreng kremesnya memicu rasa penasaran, mengapa minyak babi dianggap dapat meningkatkan cita rasa makanan?
Minyak babi, atau yang dikenal juga sebagai lard, sepenuhnya berasal dari lemak babi. Lemak ini umumnya diambil dari bagian perut, bokong, atau bahu babi. Bentuknya padat dengan warna putih krem. Menariknya, minyak babi memiliki rasa yang cenderung netral, bahkan ada yang tidak berasa, tergantung pada proses pengolahannya.
Lantas, bagaimana cara mengenali makanan yang dimasak menggunakan minyak babi? Berikut beberapa ciri yang bisa diperhatikan:
1. Tekstur Lebih Renyah
Makanan yang digoreng dengan minyak babi cenderung memiliki tekstur yang lebih renyah. Hal ini disebabkan karena minyak babi memiliki titik asap yang tinggi, sehingga ideal untuk menggoreng pada suhu tinggi. Suhu tinggi ini menghasilkan tekstur renyah yang khas pada makanan.
2. Aroma Daging yang Lembut
Makanan yang mengandung minyak babi seringkali memiliki aroma daging babi yang khas dan lembut. Aroma ini dapat menjadi petunjuk penggunaan minyak babi dalam proses memasak.
3. Tekstur Bersisik atau Berlapis
Pada makanan yang dipanggang, penggunaan minyak babi dapat menghasilkan tekstur yang bersisik atau berlapis pada permukaannya. Tampilan ini menjadi ciri visual yang membedakan.
Selain itu, makanan yang dimasak dengan minyak babi juga cenderung terlihat lebih berminyak, meskipun hal ini sangat bergantung pada jumlah minyak yang digunakan saat memasak.
Dengan mengetahui ciri-ciri ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan berhati-hati dalam memilih makanan, terutama bagi mereka yang memiliki preferensi atau pantangan tertentu terhadap bahan makanan.