Kisah pilu persalinan kerap menghiasi media sosial, tak jarang pengalaman buruk menjadi sorotan. Amy Stead, seorang ibu, berbagi pengalaman traumatisnya saat melahirkan yang berujung pada post traumatic stress disorder (PTSD) dan penggunaan stoma.
Persalinan yang terburu-buru menjadi akar masalah. Stead bahkan menggugat dokter kandungan yang menanganinya, menuntut ganti rugi lebih dari Rp10 miliar atas cedera yang dialaminya.
Pada tahun 2019, kelahiran anak pertama yang dinanti selama tiga tahun justru menjadi mimpi buruk. Robekan parah saat persalinan mengharuskan Stead menggunakan stoma secara permanen, yaitu lubang buatan di perut untuk mengeluarkan sisa pencernaan.
"Ada lubang antara vagina dan rektum saya, yang terlewatkan," ungkap Stead. Ia merasa dokter kandungannya terburu-buru, sehingga luput dari robekan tersebut. "Seandainya ia lebih teliti, mungkin masalah ini bisa diatasi dengan benar."
Menderita PTSD Usai Melahirkan
Stead didiagnosis PTSD dan merasakan sakit berkepanjangan selama setahun setelah melahirkan. Kebahagiaan memiliki anak pertama seolah sirna. "Rasanya semua kegembiraan itu hilang," ujarnya.
Keputusan untuk menuntut rumah sakit tempatnya bersalin bukan hal mudah, mengingat ia juga bekerja di sana. Setelah lima tahun berproses hukum, Stead akhirnya menerima ganti rugi sebesar Rp12 miliar.
Penyebab dan Penanganan PTSD Usai Melahirkan
PTSD adalah gangguan mental yang dipicu oleh peristiwa traumatis. Gejalanya meliputi flashback, mimpi buruk, kecemasan, dan pikiran tak terkendali. Gejala dapat muncul dalam tiga bulan pertama setelah kejadian, atau bahkan bertahun-tahun kemudian.
Trauma persalinan dapat menjadi penyebab PTSD. Sebuah studi menunjukkan bahwa 1 dari 10 wanita mengalami PTSD setelah melahirkan. Trauma ini bisa bersifat fisik, seperti cedera, atau emosional, yang memengaruhi psikologis ibu.
Pemulihan dari trauma persalinan bervariasi, tergantung pada pengalaman masing-masing individu.