Selama ini, bayangan tentang dinosaurus identik dengan raungan dahsyat yang menggema. Namun, penelitian terbaru mengungkap fakta mengejutkan: suara dinosaurus kemungkinan besar jauh berbeda dari yang kita bayangkan. Alih-alih auman, dinosaurus diperkirakan menghasilkan suara berfrekuensi rendah yang lebih terasa daripada terdengar.
Bayangkan getaran dalam seperti suara terompet kabut yang keluar dari rimbunnya hutan purba. Suara yang mampu menggetarkan dada dan membuat bulu kuduk merinding. Inilah gambaran paling mendekati tentang bagaimana suara makhluk purba ini mungkin terdengar.
Tantangan Menguak Suara yang Hilang
Suara, berbeda dengan tulang atau gigi, tidak meninggalkan jejak dalam fosil. Jaringan lunak yang berperan dalam menghasilkan suara sangat jarang terawetkan. Lantas, bagaimana ilmuwan dapat merekonstruksi suara dinosaurus?
Para peneliti tidak menyerah. Dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti pemindaian CT dan simulasi digital, mereka berhasil mengungkap misteri suara dinosaurus melalui analisis struktur tengkorak dan organ-organ unik yang ditemukan.
Hadrosaur: "Terompet" Raksasa dari Zaman Kapur
Salah satu studi mendalam dilakukan pada Parasaurolophus tubicen, jenis hadrosaur herbivora yang hidup di akhir Zaman Kapur. Dinosaurus ini memiliki jambul besar sepanjang hampir satu meter yang menjulang dari belakang kepalanya.
Jambul ini ternyata bukan sekadar hiasan. Di dalamnya terdapat jaringan tabung berongga sepanjang total 2,9 meter. Ketika udara ditiupkan ke dalamnya, jambul itu berfungsi layaknya alat musik tiup, menghasilkan suara yang unik dan "dari dunia lain".
Suara ini disebut mirip dengan dengusan bergetar dari burung kasuari di Australia, yang frekuensi rendahnya mampu menembus lebatnya hutan. Sebuah gambaran yang mengubah cara kita membayangkan suasana hutan zaman dinosaurus.
Variasi Suara di Dunia Dinosaurus
Tidak semua dinosaurus memiliki struktur khusus seperti jambul untuk menghasilkan suara. Hingga saat ini, hanya satu fosil laring dinosaurus non-burung yang pernah ditemukan, yaitu dari Pinacosaurus grangeri, dinosaurus berlapis baja yang hidup sekitar 80 juta tahun lalu.
Laring ini diperkirakan bekerja mirip seperti burung modern, menghasilkan suara yang keras dan eksplosif, bahkan mungkin sekompleks burung beo.
Penemuan penting lainnya berasal dari burung purba bernama Vegavis iaai, yang hidup berdampingan dengan dinosaurus non-burung sekitar 66 juta tahun lalu. Melalui pemindaian CT, ilmuwan mendeteksi organ penghasil suara burung bernama syrinx dalam fosil burung tersebut.
Penemuan ini membuktikan bahwa syrinx dapat menjadi fosil, meskipun belum ditemukan pada dinosaurus non-burung. Ini menunjukkan bahwa burung, sebagai keturunan dinosaurus modern, memiliki kemampuan vokalisasi yang lebih canggih daripada nenek moyangnya.
Dinosaurus: Lebih Dari Sekadar Raungan
Berdasarkan bukti fosil, simulasi digital, dan perbandingan dengan hewan modern, dinosaurus kemungkinan besar menghasilkan suara yang dalam, bergema, dan berfrekuensi rendah, lebih mirip dentuman atau dengusan dari dunia lain daripada auman menggelegar.
Jadi, jika selama ini kita membayangkan Tyrannosaurus rex meraung seperti di film, mungkin saatnya mengubah imajinasi itu. Bisa jadi, suara aslinya justru lebih sunyi, tetapi menakutkan dalam cara yang berbeda.