WASHINGTON, KOMPAS.TV – Mantan Presiden AS, Donald Trump, meradang setelah dituduh pengecut karena tidak kunjung menerapkan ancaman tarif tinggi yang sering ia gembar-gemborkan.
Kebiasaan Trump menaikkan tarif impor, lalu membatalkannya, memunculkan istilah "TACO" atau "Trump Always Chicken Out". Trump merasa tersinggung dengan sebutan itu dan membantah bahwa dirinya takut. Ia menyebut ungkapan itu "jahat".
"Anda sebut itu pengecut? Itu namanya negosiasi," ujar Trump. Ia berdalih telah menetapkan angka yang sangat tinggi, lalu menurunkannya sedikit hingga lebih masuk akal.
Sebelumnya, Trump pernah menaikkan tarif hingga 145 persen untuk barang-barang China. Namun, setelah 90 hari negosiasi, ia menurunkannya menjadi 30 persen.
Baru-baru ini, ia juga mengancam akan mengenakan pajak 50 persen untuk barang-barang Uni Eropa mulai Juni. Namun, Trump menunda kenaikan tarif hingga 9 Juli, membuka jalan untuk negosiasi, meski tarif dasar 10 persen tetap berlaku.
Situasi serupa terjadi pada produk otomotif, elektronik, serta tarif universal yang diumumkan Trump pada 2 April, sebagian didasarkan pada defisit perdagangan dengan negara lain.
Setiap kali Trump mencoba memberlakukan tarif impor, pasar saham selalu bereaksi. Investor menjual saham saat ancaman tarif diumumkan karena mengisyaratkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan harga yang lebih tinggi, yang berdampak pada laba perusahaan. Saham kemudian pulih setelah Trump menunda pemberlakuan tarif.