Serangan udara Israel menghantam bandara utama di Sanaa, ibukota Yaman, meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut. Serangan ini terjadi setelah kelompok Houthi Yaman meluncurkan dua proyektil ke arah Israel, yang kemudian berhasil dicegat.
Menurut laporan, empat serangan menghantam landasan pacu bandara. Direktur Bandara Internasional Sanaa menyatakan bahwa serangan tersebut menghancurkan satu-satunya pesawat sipil terakhir yang dioperasikan oleh Yemenia Airways dari bandara tersebut. Pesawat tersebut rencananya akan digunakan untuk mengangkut jamaah haji ke Arab Saudi.
Menteri Pertahanan Israel menegaskan bahwa serangan itu menargetkan "target teroris" Houthi di bandara dan bertujuan untuk "menghancurkan pesawat terakhir yang tersisa". Ia menekankan bahwa tindakan ini merupakan pesan yang jelas bahwa Israel akan membalas setiap serangan terhadap negara mereka. Perdana Menteri Israel juga memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap Israel akan menghadapi respons yang lebih kuat.
Menanggapi serangan tersebut, Pemimpin Houthi menegaskan bahwa agresi Israel tidak akan menggoyahkan dukungan mereka terhadap rakyat Palestina di Gaza. Ia menuduh Israel berusaha untuk memulihkan daya gentar melalui serangan berulang terhadap fasilitas sipil di Yaman.
Bandara Sanaa, yang merupakan bandara terbesar di Yaman, baru saja kembali beroperasi setelah perbaikan sementara menyusul serangan Israel sebelumnya. Bandara ini terutama digunakan oleh pesawat PBB dan satu-satunya pesawat sipil Yemenia Airways yang tersisa.
Sejak konflik Israel-Gaza meningkat pada Oktober 2023, Houthi telah berulang kali menargetkan Israel. Selain itu, mereka juga telah menyerang kapal-kapal di Laut Merah sejak November 2023, yang memicu respons militer dari Amerika Serikat dan Inggris. Meskipun demikian, AS dilaporkan telah menyetujui gencatan senjata dengan Houthi, mengakhiri serangan terhadap posisi Houthi di Yaman.