Jurang Digital Menganga: Jutaan Penduduk Asia Terjebak dalam Kemiskinan Internet

Di era digital yang kian merajalela, internet telah menjelma menjadi kebutuhan pokok, bukan lagi sekadar pelengkap. Sayangnya, akses ke dunia maya ini belum merata. Jutaan orang di Asia masih bergulat dengan apa yang disebut sebagai "kemiskinan internet" (internet poverty), sebuah kondisi yang menghambat partisipasi mereka dalam kehidupan modern.

Kemiskinan internet diukur berdasarkan tiga aspek krusial: keterjangkauan biaya, kualitas koneksi, dan kuantitas akses. Data terbaru menunjukkan bahwa kesenjangan digital ini masih menjadi masalah serius di kawasan Asia.

India menempati urutan pertama dengan jumlah penduduk miskin internet terbanyak, mencapai lebih dari 96 juta jiwa. Afghanistan dan China menyusul di posisi kedua dan ketiga, masing-masing dengan lebih dari 26 juta penduduk yang kesulitan mengakses internet. Yaman dan Filipina melengkapi lima besar negara dengan populasi miskin internet tertinggi.

Indonesia sendiri menempati urutan kedelapan di Asia, dengan hampir 7 juta penduduk yang tergolong miskin internet. Meskipun persentase ini relatif kecil dibandingkan total populasi, angka ini tetap menjadi perhatian serius. Bangladesh, Pakistan, Nepal, dan Vietnam juga masuk dalam daftar sepuluh besar negara dengan jumlah penduduk miskin internet terbanyak.

Kondisi ini menggarisbawahi perlunya upaya bersama untuk menjembatani kesenjangan digital. Akses internet yang terjangkau dan berkualitas adalah kunci untuk membuka peluang ekonomi, pendidikan, dan sosial bagi seluruh masyarakat. Jika tidak, jurang digital ini akan terus menganga, meninggalkan jutaan orang tertinggal di belakang. Konsumsi media daring yang meningkat secara global, yang mencapai rata-rata 33 jam 23 menit per minggu, semakin mempertegas pentingnya akses internet bagi semua orang.

Scroll to Top