Ratusan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) kini tengah menghadapi mimpi buruk: kerugian hingga miliaran rupiah akibat ketidakpastian visa haji furoda. Harapan untuk memberangkatkan jemaah dengan visa khusus ini pupus, padahal persiapan telah dilakukan secara matang, mulai dari pemesanan tiket pesawat hingga akomodasi di Tanah Suci.
Tahun ini, visa furoda dipastikan tidak akan terbit, sebuah pukulan telak bagi PIHK yang sebelumnya berharap visa akan keluar di penghujung waktu keberangkatan, seperti tahun-tahun sebelumnya. Banyak travel telah menginput data dan membayar biaya layanan Masa’ir, namun hasilnya nihil.
Dorongan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada jemaah membuat banyak travel mengambil risiko dengan memesan tiket pesawat dan hotel jauh-jauh hari, meski harga sedang meroket. Bahkan, beberapa travel meningkatkan kualitas akomodasi dari hotel bintang 3 menjadi bintang 5. Keputusan ini kini berbuah penyesalan mendalam.
Kerugian yang dialami travel sangat signifikan. Untuk rombongan sekitar 50 jemaah, kerugian bisa mencapai Rp 1-2 miliar. Ironisnya, ada travel yang sudah membawa jemaah ke Jakarta, berharap visa akan turun di saat-saat terakhir.
Meski belum ada perhitungan pasti, kerugian diperkirakan berada di atas Rp 100 juta. Jika jumlah jemaah mencapai 50 orang atau lebih, maka kerugian bisa melampaui Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar.
Upaya lobi pemerintah oleh Menteri Agama diapresiasi, namun secara teknis, penerbitan visa secara parsial justru akan menimbulkan masalah baru. Bayangkan jika hanya 1.000 visa yang keluar dari kuota 10.000 jemaah. Travel akan kesulitan mengatur jemaah yang berangkat dan yang tertinggal, belum lagi harus terburu-buru membeli tiket dan memastikan ketersediaan layanan di Arab Saudi.
Sebagian besar travel memang berjanji untuk mengembalikan uang jemaah jika visa tidak terbit. Namun, proses refund tidak bisa dilakukan secara instan karena dana sudah terpakai untuk berbagai keperluan operasional. Selain itu, jemaah juga telah mengeluarkan biaya tambahan untuk pemeriksaan kesehatan dan transportasi.
Travel yang berpengalaman biasanya menghindari pemesanan tiket terlalu awal untuk meminimalisir risiko. Namun, konsekuensinya adalah harga tiket yang lebih mahal.
Situasi serupa pernah terjadi pada tahun 2022, namun saat itu masih ada harapan visa akan keluar, meskipun dalam jumlah terbatas. Tahun ini, harapan itu benar-benar sirna. Sistem telah ditutup sejak 26 Mei, dan travel diminta untuk berkomunikasi dengan jemaah agar tidak memberikan harapan palsu.
Kondisi ini memaksa PIHK dan jemaah untuk menerima kenyataan pahit. Visa furoda tahun ini tidak akan terbit, dan kerugian pun tak terhindarkan.