Ayam Goreng Widuran di Solo, Jawa Tengah, mendadak jadi perbincangan hangat. Pasalnya, rumah makan legendaris ini baru saja mengumumkan bahwa makanan yang mereka jual selama ini tidak halal. Pengumuman mengejutkan ini disampaikan melalui akun Instagram resmi mereka pada Jumat, 23 Mei 2025.
Manajemen Ayam Goreng Widuran menyampaikan permohonan maaf dan menegaskan bahwa penanda non-halal kini telah dipasang di seluruh gerai. Mereka juga berharap masyarakat memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi dan berjanji untuk meningkatkan transparansi demi kenyamanan pelanggan.
Warung makan yang mengklaim telah berdiri sejak tahun 1973 ini menjadi sorotan karena baru mengungkapkan status non-halal setelah puluhan tahun beroperasi. Lantas, siapakah pemilik Ayam Goreng Widuran?
Berdasarkan informasi yang beredar, pemilik Ayam Goreng Widuran adalah Indra, seorang pengusaha keturunan Tionghoa. Indra menjalankan bisnisnya di Surakarta, dengan cabang yang merambah hingga ke Bali, tepatnya di Denpasar yang telah beroperasi sejak 2006. Dengan tiga cabang, warung ini terkenal dengan menu andalan ayam goreng kremes renyahnya.
Ayam Goreng Widuran menawarkan beragam menu dengan harga bervariasi. Satu potong ayam goreng kremes dijual seharga Rp35 ribu, sementara satu ekor ayam kampung dihargai Rp120 ribu. Selain ayam, tersedia juga minuman seperti es kelengkeng dan hidangan pendamping lainnya. Kremesan tepung yang gurih menjadi daya tarik utama warung ini.
Setelah viral di media sosial, pihak berwajib mendatangi Ayam Goreng Widuran untuk memverifikasi informasi tersebut. Dalam pertemuan itu, pemilik mengakui bahwa seluruh produk yang dijual memang tidak halal. Aparat kemudian mengimbau agar keterangan non-halal dicantumkan secara jelas di spanduk atau banner warung untuk mencegah kesalahpahaman di kalangan konsumen.
Pengumuman status non-halal ini memicu beragam reaksi. Sebagian konsumen mengapresiasi kejujuran pengelola, sementara yang lain merasa kecewa karena kurangnya informasi sebelumnya. Namun, banyak juga yang tetap mendukung karena cita rasa makanan yang dianggap unik dan lezat. Kejujuran dalam berbisnis, khususnya terkait bahan baku makanan, sangat penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan.