Harga Batu Bara Terus Merosot: Pertarungan Kepentingan AS-China Menekan Pasar

Harga batu bara terus mengalami tekanan, terpengaruh oleh dinamika persaingan antara China dan Amerika Serikat (AS). Data terkini menunjukkan harga batu bara kontrak Juni berada di level US$105,5 per ton, mencerminkan penurunan yang signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Penurunan ini dipicu oleh kondisi pasar yang kontras antara China dan AS. Di China, pasar batu bara kokas sedang mengalami kelebihan pasokan, ditambah dengan permintaan baja domestik yang menurun. Akibatnya, harga batu bara kokas di China menyentuh titik terendah sejak tahun 2016.

Sebaliknya, pemerintah AS melihat batu bara kokas sebagai komoditas strategis. AS berambisi meningkatkan produksi baja nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor, terutama di tengah persaingan geopolitik yang semakin intensif.

Situasi ini menciptakan dilema. China, sebagai produsen dan konsumen batu bara terbesar, berjuang mengatasi kelebihan pasokan. Sementara itu, AS, sebagai salah satu produsen dan eksportir utama, berupaya meningkatkan produksi. Perbedaan kebijakan dan dinamika pasar ini memicu konflik kepentingan yang berdampak pada harga global.

Kondisi pasar yang tertekan ini dimanfaatkan oleh perusahaan seperti Glencore untuk menawarkan kontrak dengan harga tetap yang lebih menarik di pasar Asia. Kelebihan pasokan di China juga membuka peluang bagi negara lain untuk membeli batu bara dengan harga yang lebih murah. Namun, hal ini juga mengindikasikan penurunan aktivitas manufaktur di China, yang dapat berdampak luas pada ekonomi regional.

Penurunan permintaan baja di China juga merambah ke negara tetangga, menyebabkan harga batu bara kokas dan kok turun ke level terendah sejak 2016. Harga batu bara kokas berjangka di Bursa Dalian tercatat sekitar 765 yuan per ton (sekitar $106,2).

Situasi ini diperparah dengan peningkatan pasokan batu bara. Pabrik kokas di pusat produksi utama di Shanxi tetap beroperasi pada kapasitas tinggi meskipun pasar kelebihan pasokan.

Harga batu bara kokas ekspor laut (seaborne) juga cenderung stagnan karena sentimen pasar yang negatif akibat pasokan yang melimpah. Harga FOB Australia tercatat di level $193,76 per ton.

Harga batu bara kokas Australia dianggap terlalu tinggi bagi konsumen di Asia Tenggara, terutama di luar India. Pedagang China menawarkan harga yang lebih kompetitif. Glencore juga aktif menawarkan dan menjual batu bara premium ke kawasan tersebut dengan harga tetap yang lebih menarik.

AS memasukkan batu bara kokas ke dalam daftar material kritis nasional. Keputusan ini diambil untuk mendukung ambisi AS dalam mendominasi produksi baja, yang memerlukan peningkatan produksi dan konsumsi batu bara kokas domestik.

Namun, permintaan baja di AS saat ini masih rendah, dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan perdagangan global. Hal ini memberikan tekanan pada perusahaan batu bara metalurgi untuk mengendalikan biaya sembari menunggu perbaikan pasar.

Bagi Indonesia, pelemahan harga batu bara tentu saja akan memberikan dampak negatif. Indonesia adalah eksportir batu bara terbesar di dunia, dengan kontribusi ekspor batu bara mencapai 16% dari total ekspor.

Volume ekspor batu bara Indonesia pada 2024 mencapai 405,76 juta ton, meningkat 6,86% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, secara nilai, ekspor batu bara anjlok 11,86% menjadi US$ 30,49 miliar. Jika harga terus menurun, perusahaan dan negara akan mengalami kerugian akibat penurunan pendapatan dan penerimaan pajak.

Scroll to Top