Ekonomi Bayangan Global: Gurita Tersembunyi Senilai Rp200.000 Triliun

Di balik gemerlap statistik ekonomi dunia, tersembunyi sebuah realitas kelabu: ekonomi bayangan. Aktivitas ekonomi tak tercatat ini, mulai dari transaksi tunai ilegal hingga usaha kecil tanpa izin, membentuk ekosistem tersembunyi dengan nilai fantastis.

Ekonomi bayangan global pada tahun 2023 diperkirakan mencapai US$12,5 triliun. Angka ini setara dengan gabungan kekuatan ekonomi Jerman, Jepang, dan India. Secara global, ekonomi bayangan menyumbang 11,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, di negara-negara berkembang, proporsinya bisa jauh lebih besar.

Aktivitas ini mencakup segala sesuatu yang tidak masuk dalam perhitungan PDB resmi. Mulai dari pedagang kaki lima tanpa izin, usaha mikro yang tidak membayar pajak, hingga jaringan narkoba internasional. Sumbernya bukan hanya kegiatan ilegal, tetapi juga sektor informal yang legal namun tidak diatur.

Salah satu cara mengukurnya adalah dengan melihat permintaan uang tunai. Semakin tinggi penggunaan uang tunai tanpa pelaporan, semakin besar kemungkinan aktivitas itu berada di luar radar pemerintah.

Besaran ekonomi bayangan bervariasi antar wilayah. Kawasan dengan kelembagaan yang lemah, korupsi tinggi, dan ketidakpercayaan terhadap pemerintah cenderung memiliki ekonomi bayangan terbesar. Sebaliknya, negara-negara maju dengan sistem pajak dan pengawasan yang ketat memiliki porsi yang lebih kecil.

Afrika Timur mencatatkan rekor tertinggi, dengan 41,6% PDB berasal dari ekonomi bayangan. Negara-negara seperti Sudan Selatan, Somalia, dan Ethiopia menghadapi tantangan struktural seperti korupsi, konflik, dan birokrasi yang lemah.

Asia Selatan menjadi episentrum sektor informal global, dengan kontribusi 27,2% dari PDB. Di Nepal, ekonomi bayangan mencapai 51% dari PDB, diikuti oleh Pakistan dengan 35%. Di wilayah ini, lebih dari 75% tenaga kerja berada di sektor informal.

Meskipun hanya mencakup 5% dari PDB, ekonomi bayangan Amerika Serikat bernilai US$1,4 triliun, terbesar kedua di dunia setelah China. Ini menunjukkan bahwa bahkan di negara dengan sistem perpajakan yang kompleks, ekonomi gelap tetap berkembang. Di negara maju, sektor ini lebih tersembunyi dalam bentuk transaksi freelance yang tidak dilaporkan, usaha rumahan, hingga pelanggaran pajak perusahaan kecil.

Ekonomi bayangan adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia menyerap tenaga kerja yang terpinggirkan, terutama di negara berkembang. Di sisi lain, ia menggerogoti basis pajak, menciptakan ketimpangan, dan mengaburkan gambaran ekonomi yang sebenarnya.

Memahami peta ekonomi bayangan sangat penting bagi pembuat kebijakan. Ini adalah kunci untuk merancang reformasi pajak, meningkatkan inklusi keuangan, dan membangun kepercayaan publik.

Ekonomi gelap tidak selalu tentang kejahatan. Ia bisa muncul dari ketidakpercayaan, sistem yang terlalu rumit, atau kebutuhan untuk bertahan hidup. Namun, ketika ekonomi sebesar US$12,5 triliun mengalir tanpa pengawasan, dampaknya tidak bisa diabaikan. Pertanyaan besar yang tersisa: Mengapa begitu banyak yang memilih untuk bersembunyi di dalamnya?

Scroll to Top