Nagekeo Krisis Vaksin Rabies di Tengah Lonjakan Kasus Gigitan Hewan

Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), menghadapi situasi genting terkait rabies. Kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) terus meningkat, sementara stok vaksin antirabies (VAR) menipis dan serum antirabies (SAR) telah habis.

"Stok SAR kami sudah kosong selama lebih dari seminggu," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Nagekeo. Pihaknya kini menunggu pasokan SAR dari Dinas Kesehatan NTT.

Kondisi VAR juga mengkhawatirkan. Pemerintah Daerah telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan NTT dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk segera mendapatkan VAR tambahan. Bahkan, BPBD Nagekeo turut menghubungi BNPB.

Keterbatasan stok VAR diperparah karena sering digunakan untuk membantu korban gigitan HPR dari kabupaten tetangga atas dasar kemanusiaan. Nagekeo pun sebelumnya pernah menerima bantuan VAR dari kabupaten lain.

SAR, atau antirabies immunoglobulin, mengandung antibodi yang langsung melawan virus rabies. Sementara VAR merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi sendiri. SAR diberikan untuk kasus gigitan di area wajah, sedangkan VAR untuk area tubuh lainnya.

Hingga April 2025, tercatat 299 kasus gigitan HPR di Nagekeo, didominasi oleh anjing (291), diikuti kucing (7), dan monyet (1). Kasus gigitan anjing terus berlanjut hingga Mei.

Tingginya angka kasus ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran pemilik anjing yang membiarkan hewan peliharaan mereka berkeliaran bebas.

"Banyak anjing dilepas tanpa diikat, dan ada juga anjing liar tanpa pemilik jelas," jelas Kepala Dinas Kesehatan Nagekeo.

Meskipun Dinas Kesehatan terus berupaya menyediakan VAR, hal ini tidak seimbang dengan kesadaran masyarakat. Pemilik anjing diharapkan mengikat hewan peliharaan mereka dan memberikan vaksin rabies gratis yang tersedia di Dinas Peternakan.

Setiap tahun, Bupati Nagekeo mengeluarkan instruksi kepada warga untuk mengikat anjing peliharaan. Sayangnya, banyak yang mengabaikan.

"Masyarakat menuntut ketersediaan VAR, tapi tidak diimbangi dengan menjaga hewan peliharaan. Bahkan, ada anjing yang kekurangan gizi dan rentan terhadap virus rabies," ujarnya.

Selain itu, beberapa pemilik anjing menolak rapid test pada hewan peliharaan yang telah menggigit manusia. Rapid test memerlukan pemotongan leher anjing untuk mendeteksi virus rabies.

"Tidak semua pemilik anjing rela anjingnya di-rapid test karena harus dipotong lehernya. Mereka lebih menyayangi nyawa anjing," pungkasnya.

Scroll to Top