Film dan video game, dua dunia hiburan yang selalu memikat. Keduanya menawarkan pengalaman mendalam, namun dengan cara yang berbeda. Film mempesona kita melalui narasi yang kuat, karakter yang berkesan, dan visual yang memanjakan mata. Sementara itu, game memberikan pengalaman interaktif, memungkinkan kita untuk menjadi bagian dari cerita. Lalu, bagaimana jika sebuah film mengambil setting di dalam dunia video game?
Salah satu contoh menarik adalah Jumanji: Welcome to the Jungle. Film yang disutradarai oleh Jake Kasdan dan diproduksi oleh Columbia Pictures bersama Sony Pictures ini membawa konsep Jumanji ke era modern dengan pendekatan yang segar.
Berbeda dengan film Jumanji tahun 1995 yang menggunakan papan permainan ajaib, Welcome to the Jungle menghadirkan konsol video game kuno. Ceritanya berpusat pada empat remaja SMA: Spencer, Bethany, Fridge, dan Martha, yang menemukan konsol tersebut saat menjalani hukuman.
Saat mereka mencoba memainkan game tersebut, mereka terhisap ke dalam dunia Jumanji dan bertransformasi menjadi avatar dewasa dengan kepribadian yang bertolak belakang. Spencer menjadi Dr. Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Bethany menjadi Profesor Shelly Oberon (Jack Black), Fridge menjadi Franklin “Mouse” Finbar (Kevin Hart), dan Martha menjadi Ruby Roundhouse (Karen Gillan).
Untuk kembali ke dunia nyata, mereka harus menyelesaikan berbagai tantangan yang ada di dalam game Jumanji. Keunikan film ini terletak pada penggambaran karakter avatar dewasa, khususnya Jack Black yang dengan kocak memerankan remaja perempuan dalam tubuh pria dewasa.
Jumanji: Welcome to the Jungle sukses besar, baik dari segi kritik maupun komersial. Dengan anggaran produksi antara $90 juta hingga $150 juta, film ini berhasil meraup lebih dari $960 juta di seluruh dunia, menjadikannya salah satu film terlaris di tahun 2017. Film ini membuktikan bahwa perpaduan antara dunia film dan game dapat menghasilkan hiburan yang seru dan menguntungkan.
