JALUR GAZA – Hamas sedang mempelajari usulan gencatan senjata dengan Israel yang diprakarsai oleh pemerintahan AS, meskipun merasa bahwa rancangan tersebut belum memenuhi harapan. Menurut pejabat Hamas, proposal yang ada saat ini berpotensi memperpanjang konflik dan krisis kemanusiaan di Gaza.
Karoline Leavitt, Sekretaris Pers Gedung Putih, menyatakan bahwa Israel telah menyetujui proposal tersebut, dan utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff, telah menyampaikan usulan itu kepada Hamas.
Basem Naim, anggota biro politik Hamas, menyatakan bahwa proposal tersebut belum mengakomodasi tuntutan utama rakyat Palestina, terutama penghentian perang secara permanen. Meskipun demikian, Hamas sedang mempertimbangkan proposal tersebut dengan rasa tanggung jawab nasional.
Hamas diperkirakan akan memberikan tanggapan dalam waktu dekat.
Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas, menyoroti bahwa proposal tersebut tidak mencakup komitmen Israel untuk mengakhiri perang, menarik pasukan dari Gaza, atau mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk secara bebas.
Menurut laporan, proposal tersebut mengusulkan gencatan senjata awal selama 60 hari. Sebagai bagian dari kesepakatan, sejumlah sandera Israel akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina. Bantuan kemanusiaan juga akan segera dikirim ke Gaza setelah Hamas menyetujui perjanjian tersebut.
Pemerintah Israel belum secara terbuka mengonfirmasi persetujuan mereka terhadap proposal tersebut.
Analis politik Israel, Akiva Eldar, berpendapat bahwa strategi Israel adalah menyetujui proposal terlebih dahulu, dengan harapan Hamas akan menolaknya, sehingga memungkinkan Israel untuk melanjutkan operasi militer dengan justifikasi.
Rincian yang Bertentangan
Negosiasi gencatan senjata sebelumnya terhambat oleh perbedaan mendasar mengenai persyaratan, termasuk tuntutan Israel agar Hamas melucuti senjata dan tuntutan Hamas agar pasukan Israel menarik diri dari Gaza.
Laporan mengenai proposal terbaru ini muncul setelah klaim yang saling bertentangan awal pekan ini, di mana Hamas menyatakan telah mencapai kesepahaman mengenai "kerangka umum" gencatan senjata dengan Witkoff, menunggu "tanggapan akhir". Kesepakatan itu dilaporkan mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh pasukan Israel, masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan, dan pembentukan komite untuk mengelola Gaza setelah gencatan senjata.
Namun, Witkoff membantah klaim tersebut, menyatakan bahwa apa yang dilihatnya "sama sekali tidak dapat diterima". Seorang pejabat AS anonim dan Israel juga menolak klaim Hamas, menyebutnya sebagai "perang psikologis" dan "propaganda".
Israel melanjutkan operasinya di Gaza setelah melanggar gencatan senjata sementara sebelumnya. Sejak itu, serangan Israel telah menyebabkan ribuan korban jiwa, meningkatkan jumlah korban tewas keseluruhan di Gaza menjadi lebih dari 54.000, menurut otoritas kesehatan di Gaza.
Israel juga telah memberlakukan blokade bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang menurut PBB telah menyebabkan krisis kelaparan. Meskipun ada sedikit pelonggaran blokade, PBB menyatakan bahwa jumlah bantuan yang masuk masih jauh dari cukup.
Beberapa waktu lalu, terjadi kekacauan ketika warga Palestina yang kelaparan berusaha mencapai pasokan yang didistribusikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS dan Israel.