Kunjungan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Ibu Negara Brigitte Macron ke Candi Borobudur pada Kamis (29/5) lalu masih menjadi perbincangan hangat. Salah satu momen yang disoroti adalah ketika Macron dan Brigitte terlihat menyentuh patung Buddha di dalam stupa. Tindakan ini menuai kritik karena dianggap berkaitan dengan mitos Kunto Bimo.
Apa Itu Kunto Bimo?
Kunto Bimo adalah mitos yang beredar di kalangan masyarakat sekitar Candi Borobudur. Mitos ini menyebutkan bahwa seseorang yang berhasil menyentuh bagian tubuh tertentu dari arca Buddha di dalam stupa diyakini akan mendapatkan keberuntungan atau keinginannya akan terkabul.
Mitos ini diturunkan dari generasi ke generasi dengan berbagai interpretasi. Misalnya, laki-laki disarankan menyentuh jari manis atau kelingking arca, sementara perempuan disarankan menyentuh telapak kaki atau tumit.
Praktik Kunto Bimo umumnya dilakukan di stupa berongga berbentuk belah ketupat yang terletak di teras bundar pertama dari tingkat ketujuh, tepatnya di sisi timur candi.
Asal usul nama Kunto Bimo berasal dari kata "ngenta-ento" (minta-mendapat) dan Bimo, tokoh Pandawa yang dikenal pantang menyerah. Kunto Bimo diartikan sebagai usaha tanpa henti dalam meminta dan mengharapkan sesuatu.
Mitos yang Dilarang
Meskipun populer, Kunto Bimo sebenarnya tidak memiliki dasar dalam ajaran agama Buddha. Praktik ini dianggap hanya mitos tanpa konfirmasi kebenaran.
Dalam beberapa tahun terakhir, lembaga konservasi Borobudur telah melarang pengunjung melakukan Kunto Bimo. Larangan ini didasari oleh alasan religius, karena Kunto Bimo dinilai mencemari kesakralan stupa sebagai simbol agama Buddha. Selain itu, tindakan menginjak dan memanjat stupa demi melakukan Kunto Bimo dapat merusak struktur candi yang sudah berusia 1.200 tahun.
Kritik terhadap Macron
Tindakan Macron menyentuh patung Buddha di stupa memicu kecaman dari berbagai pihak. Banyak yang menyayangkan aksi tersebut, terutama karena masyarakat umum sudah lama dilarang melakukan Kunto Bimo demi menjaga kelestarian candi. Aksi Macron dianggap mencederai upaya pelestarian warisan budaya UNESCO.
Momen tersebut bahkan sempat dibagikan di akun Instagram resmi Sekretariat Kabinet, menambah riuhnya perdebatan di media sosial.