Perang Dagang AS-China Kembali Memanas: Trump Tuduh Beijing Langgar Kesepakatan

JAKARTA – Hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali tegang setelah Presiden Donald Trump menuduh Beijing melanggar perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Tuduhan ini mengakhiri periode gencatan senjata dalam perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Trump menyampaikan tuduhan tersebut melalui platform Truth Social, yang mengindikasikan kekecewaannya terhadap China. "China, mungkin tidak mengejutkan, telah sepenuhnya melanggar perjanjian dengan kami," tulisnya.

Ketegangan ini muncul setelah sempat ada jeda tarif selama 90 hari yang bertujuan memberi ruang bagi negosiasi. Namun, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengungkapkan bahwa pembicaraan kembali menemui jalan buntu. Menurutnya, keterlibatan langsung antara Trump dan Presiden China Xi Jinping mungkin diperlukan untuk mencapai kesepakatan akhir.

Pasar global yang sebelumnya merespons positif gencatan senjata, kini menunjukkan volatilitas akibat ketidakpastian hubungan dagang kedua negara. AS terus menyuarakan kekhawatiran tentang kebijakan ekonomi China yang berorientasi ekspor dan dominasi negara dalam industri strategis, yang dinilai menciptakan ketidakseimbangan perdagangan.

Selain itu, Trump menganggap China tidak menunjukkan itikad baik dalam implementasi kesepakatan yang telah dicapai. Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menanggapi perkembangan ini dengan menyebut meningkatnya ketegangan antara AS dan China sebagai salah satu risiko terbesar bagi stabilitas global saat ini.

"Konflik antara dua ekonomi terbesar dunia bukan hanya persoalan bilateral, melainkan ancaman bagi ekonomi internasional," kata Macron.

Meskipun perundingan dijadwalkan akan dilanjutkan dalam beberapa minggu ke depan, jalan menuju kesepakatan jangka panjang masih penuh tantangan. Tanpa komitmen politik di tingkat tertinggi, prospek perdamaian dagang antara Washington dan Beijing diperkirakan akan terus diliputi ketidakpastian.

Scroll to Top