Minyak babi seringkali menjadi perbincangan terkait dampak buruknya bagi kesehatan. Namun, Kementerian Kesehatan RI menekankan bahwa fokus utama bukanlah asal minyak tersebut, melainkan kandungan lemak jahat di dalamnya. Baik dari babi, kelapa sawit, maupun sumber lainnya, lemak jahat tetap membawa risiko kesehatan yang serius.
Kunci permasalahan terletak pada konsumsi lemak trans. Asam lemak jenuh yang terdapat dalam minyak babi telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kardiovaskular, termasuk stroke dan serangan jantung. Selain itu, obesitas dan berbagai gangguan metabolisme juga menjadi ancaman nyata.
"Yang terpenting adalah hasil akhirnya," tegas seorang ahli kesehatan. Kandungan asam lemak trans dalam minyak berpotensi memicu penyakit seperti jantung koroner. Batas konsumsi asam lemak tidak jenuh harus menjadi perhatian utama.
Dampak Serius pada Jantung
Konsumsi minyak babi dalam jangka panjang dapat memicu peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh. Tingginya kolesterol ini menjadi faktor risiko utama atherosclerosis, atau penebalan dinding pembuluh darah jantung.
Seorang dokter bedah kardiovaskular menjelaskan bahwa atherosclerosis seringkali menjadi penyebab utama penyakit jantung. Kolesterol tinggi memicu penumpukan plak di pembuluh darah, termasuk yang menuju jantung. Penyumbatan yang terjadi akibat penumpukan ini dapat berakibat fatal.
"Jantung tidak mendapat aliran darah, tidak mendapat nutrisi. Lama-kelamaan bagian yang tidak mendapat nutrisi ini menipis dan melebar, menyebabkan pembesaran jantung," jelasnya.
Akibatnya, kemampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh menurun. Jantung menjadi mudah lelah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gagal jantung.