Inter Milan harus menelan pil pahit setelah dikalahkan Paris Saint-Germain (PSG) dengan skor telak 0-5 di final Liga Champions. Pertandingan yang berlangsung dini hari tadi menjadi mimpi buruk bagi Nerazzurri, sekaligus mengantarkan PSG meraih gelar Liga Champions perdana mereka.
Kemenangan ini bukan hanya menjadi bukti dominasi PSG di kancah Eropa, tetapi juga mencetak rekor baru sebagai kemenangan terbesar dalam sejarah final Liga Champions. Margin lima gol yang dicetak Les Parisiens menjadi catatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Performa memukau PSG menjadi kunci utama kemenangan. Luis Enrique sukses meramu timnya untuk tampil luar biasa sepanjang pertandingan. Kolektivitas tim yang solid membuat Inter Milan tidak berkutik. Permainan cepat dan pressing tinggi yang diterapkan PSG membuat pasukan Simone Inzaghi kewalahan dan gagal mengantisipasi serangan-serangan kilat dari tim asal Prancis tersebut.
Desire Doue, pemain muda berbakat asal Prancis, menjadi bintang dalam pertandingan ini. Assistnya untuk gol pertama Achraf Hakimi membuka keran gol PSG, sebelum ia sendiri mencatatkan namanya di papan skor. Penampilannya yang gemilang mengukuhkan statusnya sebagai salah satu talenta muda paling menjanjikan di Eropa.
Namun, Doue bukanlah satu-satunya pemain yang berperan penting. Seluruh tim PSG tampil solid dalam menyerang maupun bertahan. Meskipun Inter Milan berupaya keras, serangan balik cepat dan dominasi penguasaan bola PSG membuat mereka kesulitan mengimbangi tempo permainan.
Bagi Inter Milan, kekalahan ini menjadi kekecewaan besar setelah dua kali gagal meraih gelar Liga Champions dalam tiga tahun terakhir. Sempat menyingkirkan Bayern Munich dan Barcelona untuk mencapai final, mereka justru gagal memanfaatkan momentum tersebut. Simone Inzaghi terlihat kesulitan membawa timnya menghadapi kekuatan PSG. Inter tidak mampu mengendalikan permainan dan seringkali terjebak dalam tekanan yang diberikan oleh lawan.
Kegagalan memanfaatkan peluang dan menciptakan momen penting menjadi faktor utama yang membuat Inter terpuruk di final ini. Di tengah agresivitas PSG, Inter justru tampil pasif, sering kehilangan bola, dan tidak mampu keluar dari tekanan.
Pelatih Inter Milan, Simone Inzaghi, bahkan merasa tidak mengenali timnya sendiri saat menyaksikan kekalahan telak tersebut. Ia mengakui bahwa PSG layak menjadi juara dan merasa bangga dengan para pemainnya meskipun kecewa karena gagal meraih gelar. Inzaghi juga menyesali performa buruk timnya di laga final, namun tetap berterima kasih atas kerja keras para pemain sepanjang musim.