Kabar buruk menghampiri para pemilik mobil BYD di Provinsi Shandong, Tiongkok. Lebih dari 20 dealer resmi BYD dilaporkan tutup operasional, meninggalkan lebih dari seribu konsumen tanpa layanan purnajual dan jaminan kendaraan yang seharusnya mereka terima.
Dealer-dealer yang tutup ini berada di bawah naungan Qiancheng Holdings, sebuah perusahaan yang dulunya merupakan pemain besar di industri otomotif dengan omzet tahunan mencapai miliaran Yuan. Sayangnya, Qiancheng kini tengah bergulat dengan masalah keuangan yang serius.
Menurut laporan media lokal, dealer yang terkena dampak tersebar di beberapa kota, termasuk Jinan dan Weifang. Para pemilik mobil yang merasa dirugikan bahkan telah membentuk kelompok perlindungan hak konsumen untuk mencari solusi atas masalah ini.
Qiancheng sendiri menuding perubahan kebijakan jaringan dealer oleh BYD sebagai penyebab utama krisis keuangan yang mereka alami. Namun, BYD membantah tudingan tersebut. Pihak BYD berpendapat bahwa ekspansi agresif yang dilakukan Qiancheng menjadi akar masalahnya. Meskipun demikian, BYD mengklaim telah memberikan bantuan kepada Qiancheng untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi.
Kondisi ini menyoroti persaingan ketat yang tengah melanda industri otomotif di Tiongkok. Persaingan ini memberikan tekanan besar pada seluruh rantai pasokan, mulai dari produsen hingga jaringan dealer. Meskipun memiliki beberapa toko milik sendiri, BYD masih mengandalkan jaringan dealer dalam memasarkan produknya di Tiongkok. Penutupan puluhan dealer ini menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan di tengah persaingan yang semakin sengit.