Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan dengan berencana menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50%, melonjak dari sebelumnya 25%. Langkah agresif ini diprediksi akan semakin menekan produsen baja global dan memicu eskalasi perang dagang yang lebih luas.
Trump menyatakan bahwa kenaikan tarif ini bertujuan untuk melindungi industri baja dalam negeri Amerika Serikat. Pengumuman ini disampaikan bersamaan dengan tuduhan terhadap China atas pelanggaran kesepakatan terkait pencabutan tarif dan pembatasan perdagangan mineral penting.
Kenaikan tarif ini juga dikaitkan dengan kesepakatan antara Nippon Steel dan U.S. Steel senilai US$14,9 miliar, yang menurut Trump akan membantu mempertahankan lapangan kerja bagi pekerja baja di AS. Rencana kenaikan tarif ini juga mencakup produk aluminium dan akan mulai berlaku dalam waktu dekat.
Sontak, pengumuman ini memicu reaksi keras dari berbagai mitra dagang AS di seluruh dunia. Saham perusahaan baja Cleveland-Cliffs Inc langsung melonjak tajam setelah pengumuman ini, menunjukkan ekspektasi investor terhadap peningkatan keuntungan perusahaan.
Kamar Dagang Kanada mengecam langkah ini sebagai ancaman terhadap keamanan ekonomi Amerika Utara, menyatakan bahwa gangguan pada rantai pasokan lintas batas yang efisien akan menimbulkan kerugian besar bagi kedua negara. Serikat pekerja United Steelworkers Kanada juga menyebut tindakan ini sebagai serangan langsung terhadap industri dan pekerja Kanada.
Komisi Eropa pun tak tinggal diam dan menyatakan kesiapannya untuk melakukan pembalasan. Mereka menilai bahwa keputusan ini menambah ketidakpastian terhadap ekonomi global dan meningkatkan biaya bagi konsumen serta bisnis di kedua sisi Atlantik.