Kabupaten Malang mencatatkan angka prevalensi stunting sebesar 6,18 persen pada Februari 2025. Meskipun hanya sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang menyadari bahwa mencapai target zero stunting pada tahun 2026 bukanlah tugas yang mudah.
Menurut data bulan timbang Februari 2025, dari 156.948 balita yang diukur, terdapat 9.829 anak yang terindikasi stunting. Angka ini menunjukkan kenaikan tipis jika dibandingkan dengan tahun 2024, dimana terdapat 9.515 balita stunting dari 154.791 yang diukur, dengan prevalensi 6,15 persen.
Plt Kepala Dinkes Kabupaten Malang, drg. Ivan Drie, menjelaskan bahwa fluktuasi angka ini dipengaruhi oleh jumlah balita yang diukur setiap tahunnya. Meskipun demikian, Pemkab Malang tetap optimis untuk mencapai target zero stunting di tahun 2026, sesuai dengan misi Bupati Malang, Sanusi.
Ivan Drie menambahkan bahwa masalah stunting tidak hanya terkait dengan kesehatan, tetapi juga sanitasi, akses air bersih, dan dukungan sistem di tingkat desa/kelurahan. Untuk mengatasi hal ini, Dinkes Kabupaten Malang melakukan berbagai upaya, termasuk kolaborasi lintas sektor melalui program Sambang Desa. Program ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi pangan lokal dalam meningkatkan asupan gizi masyarakat, dengan melibatkan dinas-dinas terkait.
Salah satu contohnya adalah budidaya lele di Sumberpucung. Kandungan protein lele yang tinggi diharapkan dapat berkontribusi signifikan dalam menurunkan angka stunting.
Pencegahan stunting sangat penting dilakukan dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak, yaitu sejak masa kehamilan hingga usia dua tahun. Setelah periode ini, penanganan akan menjadi lebih sulit. Jika anak mengalami stunting setelah melewati 1.000 hari pertama, fokus utama adalah menyelamatkan perkembangan otaknya.
Dinkes Kabupaten Malang melakukan berbagai intervensi, mulai dari calon pengantin, ibu hamil, hingga anak lahir. Pemeriksaan kesehatan seperti skrining hepatitis, TBC, dan HIV dilakukan sebagai langkah preventif, serta pendampingan gizi oleh puskesmas setempat.
Penanganan balita yang terindikasi stunting membutuhkan waktu yang tidak singkat. Jika dimulai sejak dini, proses pemulihan bisa memakan waktu lebih dari satu setengah tahun. Namun, jika penanganan dilakukan setelah masa krusial terlewati, diperlukan keterlibatan dokter spesialis dan intervensi gizi yang lebih intensif.