Kabupaten Ngawi menghadapi tantangan serius dengan peningkatan signifikan kasus Tuberkulosis (TBC) di awal tahun 2025. Dalam tiga bulan pertama, tercatat 220 kasus baru, memicu respons cepat dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Ngawi.
Menanggapi situasi ini, Dinkes Ngawi segera membentuk tim medis khusus dan memastikan ketersediaan obat-obatan serta peralatan pendukung di seluruh wilayah. Langkah ini diambil sebagai upaya intensif untuk menanggulangi penyebaran TBC.
Dukungan pemerintah pusat menjadi pilar utama dalam upaya pencegahan dan pengendalian TBC. Dengan adanya dukungan ini, Dinkes Ngawi menyusun langkah strategis, membentuk tim tenaga kesehatan, dan mengecek stok obat-obatan dan alat penunjang.
TBC pada balita seringkali sulit dikenali karena gejala yang tidak khas. Pemantauan di posyandu menjadi kunci deteksi dini. Indikasi awal TBC pada balita bisa berupa berat badan yang tidak naik setelah dua kali penimbangan berturut-turut. Jika ini terjadi, akan dilakukan skin test untuk konfirmasi.
Perhatian khusus juga diberikan pada kasus TBC RO (resisten obat), yang sulit diobati karena pasien sering berhenti minum obat sebelum sembuh. Masyarakat perlu memahami bahaya penularan TBC, yang dapat menginfeksi 8 hingga 10 orang di ruang tertutup.
Masyarakat diimbau untuk menerapkan gaya hidup sehat, menjaga kebersihan, rutin berjemur di bawah sinar matahari pagi, dan segera melaporkan jika menemukan seseorang dengan gejala TBC. Kewaspadaan dan tindakan preventif dari masyarakat sangat penting dalam menekan laju penyebaran penyakit ini.