Presiden AS, Donald Trump, kembali membuat gebrakan kontroversial dalam kebijakan perdagangan. Dalam pidato yang berapi-api di hadapan para pekerja pabrik baja Amerika, Trump mengumumkan peningkatan tarif impor baja dan aluminium menjadi dua kali lipat.
Tarif baru yang melonjak menjadi 50% ini, akan mulai berlaku pada 4 Juni 2025.
"Kita akan menaikkan tarif baja dari 25% menjadi 50%," tegas Trump di fasilitas US Steel, Pennsylvania. Negara bagian ini merupakan kunci kemenangannya dalam Pemilihan Presiden 2024.
Melalui unggahan di Truth Social, Trump juga memastikan kebijakan serupa akan diterapkan pada aluminium.
Reaksi Keras dari Uni Eropa
Keputusan sepihak ini langsung memicu amarah Uni Eropa (UE). UE menyatakan kekecewaannya dan menyebut kebijakan tersebut "merusak upaya negosiasi yang sedang berlangsung" antara kedua pihak.
"Kami siap membalas," tegas seorang pejabat UE dalam pernyataan resmi, menandakan potensi gejolak baru dalam hubungan perdagangan transatlantik.
Negara-negara Asia Terpukul
Negara-negara produsen baja terkemuka seperti Korea Selatan (Korsel), Vietnam, Jepang, dan India diyakini akan merasakan dampak besar dari kebijakan baru Trump. Pasar merespons negatif dengan penurunan tajam saham-saham perusahaan baja raksasa Asia.
Saham POSCO dan Hyundai Steel di Korsel mengalami koreksi hingga 3%. Saham SeAH Steel bahkan anjlok lebih dalam, mencapai 6,3%.
Di Vietnam, saham Hoa Sen Group dan Nam Kim Steel masing-masing turun 2,8% dan 3,4%. Vietnam Steel Corp juga mengalami penurunan sebesar 2,7%.
India, eksportir aluminium utama ke AS, juga mulai merasakan kekhawatiran. Federasi industri mineral India menyatakan bahwa kebijakan ini akan berdampak buruk bagi mereka.
"AS adalah pasar terbesar kami, dan sekarang semakin tertutup," ujar B.K. Bhatia dari Federasi Industri Mineral India.