IHSG Terjun Bebas: Deflasi dan Data Manufaktur Jadi Sorotan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tajam pada perdagangan awal pekan, Senin (2 Juni 2025). Di pembukaan, IHSG langsung terpangkas 0,58% ke level 7.134,49. Penurunan semakin dalam hingga mencapai 1,40% pada pukul 09.38 WIB, menyentuh angka 7.075. Total nilai transaksi pada sesi tersebut mencapai Rp 5,25 triliun, dengan kapitalisasi pasar menyusut menjadi Rp 12.306 triliun.

Hingga penutupan sesi I, IHSG melanjutkan tren negatif dan ditutup merosot 1,7% di level 7.054,18. Sebagian besar saham, yaitu sebanyak 450 emiten, berada di wilayah negatif.

Tekanan pada IHSG dipicu oleh pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) terkait deflasi sebesar 0,37% pada bulan Mei 2025. Akibatnya, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,60% (year on year/yoy).

Selain itu, data sektor manufaktur Indonesia juga memperburuk sentimen pasar. Indeks PMI manufaktur Mei 2025 menunjukkan angka 47,4, menandakan kontraksi selama dua bulan berturut-turut. Penurunan order baru menjadi yang terdalam sejak Agustus 2021, mengindikasikan lemahnya permintaan domestik.

Di tengah sentimen negatif, terdapat sedikit kabar baik dari aktivitas investor asing. Tercatat, investor asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp 1,5 triliun pada akhir Mei, terutama di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Namun, pelemahan nilai tukar rupiah dan ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump tetap menjadi perhatian utama yang membayangi pergerakan pasar.

Scroll to Top