Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan signifikan di sesi pertama perdagangan hari ini, tertekan oleh aksi jual pada saham-saham perbankan. Penurunan mencapai lebih dari 1%, dengan IHSG berada di level 7.054,18 pada akhir sesi I.
Aktivitas perdagangan cukup ramai dengan nilai transaksi mencapai Rp 13,74 triliun melibatkan 13,21 miliar saham dalam 876 ribu transaksi. Kapitalisasi pasar juga mengalami penurunan menjadi Rp 12.256 triliun.
Analis menyoroti beberapa faktor yang memicu pelemahan IHSG ini. Salah satunya adalah pengumuman data neraca perdagangan terbaru. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang April 2025 sebesar US$ 150 juta. Meskipun surplus ini memperpanjang tren positif selama 60 bulan berturut-turut, angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan surplus ini dikhawatirkan dapat memberikan tekanan pada nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.
Sentimen global juga turut mempengaruhi pasar. Kebijakan dan pernyataan Presiden AS Donald Trump, terutama terkait rencana kenaikan tarif impor dari Uni Eropa, menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor. Pasar juga menantikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter, khususnya mengenai potensi penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) untuk meredam dampak negatif dari sentimen-sentimen tersebut.
Selain itu, data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang dirilis S&P Global menunjukkan kontraksi pada bulan Mei 2025, berada di level 47,4. Hal ini menandakan adanya pelemahan dalam aktivitas produksi dan pesanan baru, dengan penurunan pesanan mencapai level terendah sejak Agustus 2021.