Ketegangan AS-China Memanas: Tuduhan Pelanggaran Kesepakatan Warnai Hubungan Dagang

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas, ditandai dengan saling lempar tuduhan pelanggaran kesepakatan. Di tengah harapan adanya pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, Beijing justru melontarkan kecaman keras terhadap Washington.

China menolak mentah-mentah klaim AS yang menyebut negara tersebut telah melanggar kesepakatan tarif yang dicapai di Jenewa, Swiss. Kesepakatan tersebut seharusnya menjadi dasar pemangkasan tarif impor antara kedua negara selama 90 hari.

Tuduhan pelanggaran ini pertama kali dilontarkan oleh Trump, disusul pernyataan dari Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, yang menuding China memperlambat implementasi perjanjian. Pejabat AS juga mengungkapkan kekecewaan atas penundaan persetujuan lisensi ekspor oleh China untuk tanah jarang dan elemen penting lainnya yang dibutuhkan dalam industri otomotif dan chip.

Kementerian Perdagangan China dengan tegas membantah semua tuduhan tersebut, menyebutnya "tidak masuk akal" dan "bertentangan dengan fakta". Mereka menegaskan bahwa China telah bertindak tegas dalam melindungi hak dan kepentingannya, serta tulus dalam melaksanakan konsensus.

Sebaliknya, China menuding Washington telah menerapkan serangkaian tindakan pembatasan diskriminatif terhadap China sejak perundingan di Jenewa. Tindakan tersebut termasuk kontrol ekspor pada chip kecerdasan buatan, pembatasan penjualan perangkat lunak desain chip, dan pencabutan visa pelajar China di AS.

China mendesak AS untuk segera memperbaiki tindakannya yang dianggap salah dan bersama-sama menegakkan konsensus dari perundingan perdagangan Jenewa. Jika tidak, China mengancam akan mengambil tindakan tegas untuk melindungi hak dan kepentingannya.

Di tengah ketegangan yang meningkat, Menteri Keuangan AS Scott Bessent berusaha meredakan situasi. Ia mengungkapkan bahwa kedua belah pihak sedang mengupayakan panggilan telepon antara Trump dan Xi Jinping untuk menyelesaikan perbedaan. Bessent meyakini masalah ini akan terselesaikan melalui komunikasi langsung antara kedua pemimpin. Namun, ia mengakui bahwa China memang menahan beberapa produk yang telah disetujui untuk dirilis, termasuk logam tanah jarang.

Scroll to Top