Serangan Drone Ukraina: Kegagalan S-400 Rusia dan Tragedi "Pearl Harbor"?

Gelombang serangan drone Ukraina yang menargetkan lima pangkalan udara Rusia memicu perdebatan sengit tentang efektivitas sistem pertahanan udara S-400 Rusia. Serangan yang dijuluki "Operasi Jaring Laba-laba" ini berhasil mengenai 41 pesawat Rusia, termasuk pesawat pengebom nuklir, dan membuat Moskow meradang.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan bangga mengklaim operasi tersebut berhasil menyasar aset strategis bernilai tinggi jauh di dalam wilayah Rusia, lebih dari 4.000 km dari perbatasan Ukraina. Pangkalan udara di Belaya, Dyagilevo, Ivanovo Severny, Olenya, dan Ukrainka menjadi sasaran utama.

Namun, bagaimana mungkin Rusia, yang memiliki sistem pertahanan udara canggih seperti S-400 dan S-500, bisa kecolongan?

Pensiunan Letnan Jenderal India Vishnu Chaturvedi berpendapat bahwa sistem pertahanan udara Rusia secara teknis tidak gagal, melainkan dilewati. Drone Ukraina diduga diluncurkan dari dalam wilayah Rusia, kemungkinan dari kontainer tersembunyi di dalam truk. Jarak tempuh yang lebih pendek membuat drone mencapai target dalam hitungan detik atau menit, memberikan sedikit waktu reaksi bagi pasukan Rusia.

Selain itu, drone terbang pada ketinggian rendah, di luar jangkauan deteksi radar sistem jarak jauh seperti S-400 yang dirancang untuk mencegat ancaman dari ketinggian dan jarak jauh. Sekitar 117 drone diluncurkan dalam operasi ini, yang diduga membuat pertahanan Rusia kewalahan.

Chaturvedi menekankan bahwa kegagalan terletak pada intelijen Rusia. Ukraina dilaporkan telah merencanakan operasi ini selama lebih dari setahun, bahkan mungkin menyelundupkan drone ke Rusia melalui Kazakhstan. Namun, badan intelijen Rusia gagal mendeteksi ancaman tersebut.

"Sistem S-400 sangat mumpuni mencegat target hingga sejauh 400 km, termasuk rudal dan drone yang terbang tinggi. Namun, sistem itu tidak pernah dirancang untuk serangan jarak dekat dan ketinggian rendah yang diluncurkan dari dalam wilayahnya sendiri," jelasnya.

Ini bukan kali pertama drone Ukraina menembus pertahanan Rusia. Beberapa sistem S-400, termasuk baterai radarnya, berhasil dihancurkan antara Agustus 2023 hingga 2024. Namun, hal ini tidak serta merta menunjukkan kelemahan pada sistem pertahanan canggih tersebut. Faktor lain seperti kurangnya pengalaman operator, kesalahan penempatan, atau kurangnya pertahanan berlapis yang mendukung S-400 dapat menjadi penyebabnya.

Chaturvedi memperingatkan bahwa Rusia tidak akan tinggal diam atas serangan ini. "Presiden Putin akan membalas dengan kekuatan. Kyiv dan Sumy bisa menghadapi serangan yang lebih intensif," katanya, sambil menambahkan bahwa ketergantungan Presiden Zelenskyy pada dukungan Barat telah menimbulkan kerugian besar.

"Zelenskyy telah mengubah negara yang dulunya berkembang pesat menjadi zona perang. Bahkan jika Ukraina keluar dari konflik, akan butuh waktu 15-20 tahun untuk membangun kembali lembaga dan ekonominya," paparnya.

Meskipun Rusia juga menderita dalam perang yang berkepanjangan ini, serangan drone dan ketidakmampuan Rusia untuk mencegahnya telah menyoroti kerentanan bahkan militer paling maju sekalipun ketika dihadapkan pada peperangan udara asimetris dan berbiaya rendah.

Scroll to Top