Jakarta – Militer Amerika Serikat menyampaikan peringatan serius terkait potensi invasi China ke Taiwan. Komandan tertinggi AS di Pasifik, Laksamana Samuel Paparo, menyatakan bahwa Beijing sedang menempuh "jalan berbahaya" dengan aktivitas militer di sekitar Taiwan yang dinilai bukan sekadar latihan rutin, melainkan simulasi persiapan penyerangan.
Paparo menekankan bahwa kawasan Indo-Pasifik saat ini berada dalam masa kritis. Manuver agresif China di dekat Taiwan mengindikasikan latihan yang lebih serius dari sekadar latihan biasa, yaitu persiapan untuk invasi.
China sendiri masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan menolak mengakui kemerdekaannya. Sementara itu, AS tidak secara eksplisit mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat, namun secara tegas menentang upaya China untuk mencaplok pulau tersebut.
Kekhawatiran AS meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan sejumlah pejabat dan anggota Kongres yang memprediksi tahun 2027 sebagai waktu yang mungkin bagi China untuk merealisasikan ambisinya menguasai Taiwan. Manuver militer China yang semakin berani, seperti melintasi garis median Selat Taiwan secara tiba-tiba, dianggap sebagai sinyal peningkatan agresi.
Ketegangan antara China dan Taiwan juga meningkat sejak William Lai Ching Te menjabat sebagai pemimpin Taiwan. Beijing mencap Lai sebagai "perusak perdamaian" antara kedua wilayah tersebut.
Paparo menambahkan bahwa agresi China diperburuk oleh "hubungan timbal balik transaksional" yang berkembang antara negara-negara otokratis, termasuk alih teknologi dan aktivitas militer terkoordinasi. Namun, ia tidak menyebutkan secara spesifik negara-negara yang dimaksud selain China.
Hingga saat ini, pihak Kedutaan Besar China di Jakarta belum memberikan tanggapan terkait isu ini.