Pertarungan hidup mati akan tersaji saat Timnas Indonesia menjamu China dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Laga yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) ini menjadi krusial bagi kedua tim untuk menjaga asa melaju ke putaran selanjutnya. Siapa yang lebih berpeluang meraih kemenangan?
Secara posisi di klasemen, Indonesia sedikit lebih baik. Skuad asuhan Patrick Kluivert bertengger di posisi keempat dengan raihan 9 poin, sementara China terpuruk di dasar klasemen Grup C dengan 6 poin. Meskipun demikian, Garuda tidak boleh meremehkan kekuatan sang lawan.
Indonesia memiliki modal berharga, terutama soliditas pertahanan dan dukungan penuh dari suporter fanatik. Kehadiran pemain naturalisasi seperti Emil Audero, Jordi Amat, Marc Klok, dan Ole Romeny memberikan dampak positif signifikan terhadap performa tim. Emil Audero berpeluang menjalani debut sebagai starter menggantikan Maarten Paes yang absen.
Namun, Indonesia juga menghadapi tantangan berat. Absennya beberapa pemain kunci, termasuk Marselino Ferdinan dan Sandy Walsh, dapat mempengaruhi kekuatan tim. Hilangnya Marselino mengurangi kreativitas di lini tengah, sementara absennya Paes dan Walsh berpotensi mengganggu stabilitas lini belakang. Ini menjadi ujian bagi Kluivert untuk memaksimalkan pemain yang tersedia.
Sementara itu, Timnas China datang dengan status juru kunci, namun tetap menyimpan potensi bahaya. Mereka memiliki pemain berpengalaman seperti Wu Lei dan Zhang Yuning. Serangan balik cepat dari pemain sayap seperti Wei Shihao dan Liu Ruofan dapat menjadi ancaman serius bagi pertahanan Indonesia.
Keunggulan lain China adalah lini depan yang kuat secara fisik dan cepat. Taktik pelatih Branko Ivankovic terbukti ampuh saat timnya meraih kemenangan tipis atas Bahrain. Mereka juga memiliki pemain naturalisasi seperti Serginho dan Jiang Guangtai, yang memberikan pengalaman tambahan di lini tengah dan pertahanan.
Namun, kelemahan China terletak pada konsistensi dan mental bertanding. Dalam delapan pertandingan terakhir, mereka kebobolan 19 gol dan hanya mencetak enam gol. Ketergantungan pada Wu Lei dan Zhang Yuning membuat serangan mereka mudah diantisipasi. Selain itu, kekompakan antara pemain naturalisasi belum sepenuhnya menyatu dengan skema permainan tim.
Rekor tandang China juga kurang memuaskan. Mereka belum meraih poin saat bermain di luar kandang. Atmosfer SUGBK yang terkenal intimidatif dapat menjadi faktor yang mempengaruhi performa mereka. Jika Indonesia mampu tampil menekan sejak awal dan mencetak gol cepat, tekanan pada China dapat menjadi bumerang.
Dari segi momentum, Indonesia lebih siap secara mental. Kemenangan atas Arab Saudi dan hasil imbang melawan Australia memberikan suntikan motivasi. Meskipun inkonsistensi masih menjadi catatan, Garuda memiliki keunggulan bermain di kandang dan dukungan publik yang dapat menjadi pembeda.
Pertanyaan kuncinya adalah: mampukah Indonesia mengatasi absennya sejumlah pemain inti dan tetap fokus hingga akhir pertandingan? Jika mampu menjaga disiplin dan ketajaman penyelesaian akhir, kemenangan atas China bukan hanya sekadar target, tetapi kewajiban.
Pertandingan ini bukan hanya tentang meraih tiga poin, tetapi juga tentang kebanggaan dan langkah menuju Piala Dunia. Dengan kondisi saat ini, Indonesia unggul tipis dalam komposisi tim dan atmosfer. Namun, China tidak boleh dianggap remeh. Kesalahan kecil dapat menghilangkan mimpi besar.