Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, melontarkan kritik pedas terhadap negara-negara Eropa terkait implementasi energi bersih. Bahlil menyoroti inkonsistensi sikap negara-negara Eropa yang mendesak Indonesia untuk menghentikan penggunaan batu bara, namun di sisi lain, mereka justru masih mengimpor batu bara dari Indonesia.
"Kamu bilang kita tidak boleh pakai batu bara? Oke. Tapi di saat bersamaan, Eropa minta batu bara dari negara kita. Bagaimana itu?" ujar Bahlil dalam sebuah acara di Jakarta. Ia kemudian menyebut praktik tersebut dengan istilah "abuleke," bahasa Ambon yang berarti pembual atau penipu.
Bahlil menduga bahwa negara-negara Eropa menginginkan akses ke energi murah, sementara Indonesia dipaksa untuk menggunakan energi yang lebih mahal. Salah satu taktik yang digunakan adalah dengan mencitrakan energi murah sebagai energi kotor.
"You larang kita nggak boleh pakai batu bara, tapi you minta batu bara di kita. Jadi, kita dikasih energi yang mahal, energi murahnya untuk mereka. Baru dibilang yang murah itu katanya kotor. Saya bilang nggak ada! Mau kotor, mau bersih, kita harus mempertahankan kedaulatan energi nasional kita," tegas Bahlil.
Menteri Bahlil juga menepis anggapan bahwa transisi energi di Indonesia berjalan lambat. Ia menjelaskan bahwa dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru, pemerintah akan mendorong 71% sumber energi dari energi baru terbarukan (EBT).
"Banyak juga yang mengatakan bahwa Indonesia transisi energi lambat. Di dalam RUPTL ini, 71 persen itu kita dorong dengan energi baru-terbarukan," pungkas Bahlil.