Tragedi Rafah: Puluhan Warga Sipil Tewas Saat Menunggu Bantuan, PBB Sebut Kejahatan Perang

Kota Gaza – Serangan mematikan oleh militer Israel di dekat pusat pembagian bantuan kemanusiaan di Rafah, Gaza selatan, telah merenggut nyawa setidaknya 27 warga sipil. Insiden tragis ini memicu kecaman keras dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menyebutnya sebagai "kejahatan perang".

Menurut juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, puluhan korban jiwa berjatuhan akibat "tembakan tank dan drone Israel" yang menyasar warga sipil yang tengah mengantre untuk mendapatkan bantuan di Rafah. Lebih dari 90 orang lainnya dilaporkan terluka dalam serangan tersebut.

Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi bahwa serangan itu menargetkan warga sipil yang sedang menunggu bantuan di area Al-Alam, Rafah, yang dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), sebuah organisasi kemanusiaan yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Militer Israel mengakui bahwa pasukannya melepaskan tembakan ke arah orang-orang yang berada sekitar 500 meter dari lokasi pembagian bantuan GHF di Rafah. Mereka mengklaim bahwa orang-orang tersebut bergerak mendekati pasukan mereka dengan cara yang dianggap "mengancam". Militer Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai korban tewas, dan menyatakan bahwa insiden tersebut sedang diselidiki.

Kepala hak asasi manusia PBB, Volker Turk, mengecam keras serangan itu dan menyebutnya sebagai "kejahatan perang". Ia menegaskan bahwa "serangan mematikan terhadap warga sipil yang putus asa yang mencoba mengakses bantuan makanan di Gaza tidak dapat dibenarkan" dan bahwa "serangan yang diarahkan terhadap warga sipil merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional".

Insiden ini menambah daftar panjang kematian warga Palestina yang berusaha mendapatkan bantuan melalui mekanisme bantuan terbaru yang diperkenalkan oleh AS dan Israel sejak 27 Mei lalu.

Turk menyerukan penyelidikan cepat dan imparsial terhadap setiap serangan, dan agar para pelaku bertanggung jawab atas tindakan mereka. Ia juga menyoroti dilema mengerikan yang dihadapi warga Palestina: "mati kelaparan atau berisiko terbunuh saat mencoba mengakses makanan".

GHF, yang didukung oleh AS, adalah organisasi kemanusiaan baru yang bekerja sama dengan Israel dalam mendistribusikan bantuan di Gaza. PBB tidak bekerja sama dengan GHF karena kekhawatiran terkait netralitas, imparsialitas, dan independensi.

Scroll to Top