PT Bio Farma menegaskan pentingnya transfer teknologi, kemitraan strategis, dan peningkatan kapasitas produksi vaksin skala besar. Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, menyatakan bahwa perusahaan memiliki peran penting dalam mendukung sistem kesehatan nasional dan memberikan kontribusi signifikan di tingkat global.
"Bio Farma telah menjadi bagian integral dari sejarah kesehatan masyarakat, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Kami memproduksi 75% vaksin polio global dan telah mendistribusikan lebih dari dua miliar dosis novel oral polio vaccine type 2 (nOPV2) ke lebih dari 40 negara melalui UNICEF," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa keberhasilan ini didukung oleh kemitraan jangka panjang, termasuk kolaborasi dengan Jepang sejak tahun 1990-an dalam transfer teknologi vaksin polio.
Selain itu, kerja sama dengan MSD memperkuat produksi vaksin HPV lokal "Lusaka," yang mendukung program imunisasi nasional dan target eliminasi kanker serviks pada tahun 2030.
Selama pandemi COVID-19, Bio Farma juga berperan sebagai pusat produksi vaksin regional, bekerja sama dengan Baylor College of Medicine untuk mengembangkan vaksin COVID-19 berbasis teknologi lokal.
Saat ini, Bio Farma sedang membangun infrastruktur teknologi vaksin masa depan, termasuk platform vektor virus dan mRNA, sebagai bagian dari inisiatif transfer teknologi global WHO.
"Kami percaya bahwa keberhasilan jangka panjang hanya dapat dicapai melalui kemitraan yang saling percaya, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas. Berdasarkan pengalaman ini, kami siap menjadi mitra strategis global dalam mewujudkan akses vaksin yang merata tanpa memandang batas geografis atau status ekonomi," tegas Shadiq.
Bio Farma berharap forum World Health Assembly (WHA) dapat membuka peluang kolaborasi yang lebih luas antara pemerintah, lembaga internasional, sektor swasta, dan organisasi pembangunan.
Sinergi ini diharapkan dapat menciptakan sistem kesehatan global yang lebih tangguh, responsif, dan inklusif dalam menghadapi tantangan global di masa depan.