Perdana Menteri Mongolia, Luvsannamsrain Oyun-Erdene, mengakhiri masa jabatannya setelah menghadapi tekanan besar dari masyarakat. Gelombang protes dipicu oleh gaya hidup mewah keluarganya, khususnya sang putra, yang dianggap tidak sesuai dengan kondisi ekonomi negara.
Oyun-Erdene mengundurkan diri pada hari Selasa (3/6) setelah gagal memperoleh dukungan mayoritas dalam mosi kepercayaan yang diadakan di parlemen. Mosi ini diajukan sebagai respons terhadap demonstrasi yang berlangsung selama beberapa hari di Ulaanbaatar, ibu kota Mongolia. Para demonstran menuduh sang PM dan keluarganya terlibat korupsi, yang tercermin dari gaya hidup mewah mereka.
Dalam pemungutan suara rahasia, hanya 44 dari 82 anggota parlemen yang menyatakan dukungan terhadap Oyun-Erdene. Jumlah ini kurang dari ambang batas 64 suara yang dibutuhkan, sehingga ia harus melepaskan jabatannya.
"Merupakan kehormatan besar untuk melayani negara dan rakyat saya di masa-masa sulit," ujar Oyun-Erdene saat mengumumkan pengunduran dirinya. Ia akan tetap menjabat sebagai PM sementara hingga penggantinya ditunjuk dalam 30 hari mendatang.
Korupsi telah lama menjadi masalah di Mongolia. Banyak warga percaya bahwa elite kaya negara itu mengeruk keuntungan dari industri pertambangan batu bara yang berkembang pesat, sementara masyarakat umum tidak merasakan manfaatnya.
Kemarahan publik mencapai puncaknya setelah laporan mengenai gaya hidup mewah keluarga PM, terutama pengeluaran berlebihan putranya, beredar luas. Hal ini memicu demonstrasi yang semakin intensif di Ulaanbaatar.
Sejak Oyun-Erdene menjabat pada tahun 2021, peringkat Mongolia dalam Indeks Persepsi Korupsi Transparency International mengalami penurunan. Negara ini seringkali dilanda aksi protes dan kerusuhan. Ribuan anak muda turun ke jalan untuk menuntut pengunduran diri sang PM, ditambah kekhawatiran tentang ekonomi dan biaya hidup yang terus meningkat.
Para demonstran menyoroti pesta lamaran mewah dan gaya hidup glamor putra Oyun-Erdene, termasuk penggunaan helikopter, cincin mahal, tas bermerek, dan mobil mewah. Pertanyaan pun muncul mengenai sumber kekayaan tersebut, mengingat sang PM sebelumnya mengklaim berasal dari keluarga sederhana.
Kantor PM membantah tuduhan korupsi dan menyebutnya sebagai kampanye fitnah. Mereka juga dengan tegas menolak tuduhan mengenai gaya hidup mewah keluarga Oyun-Erdene.