Perjalanan hidup Presiden Korea Selatan yang baru, Lee Jae Myung, sungguh luar biasa. Masa remajanya diwarnai kemiskinan dan kerja keras. Di usia muda, tangannya pernah terluka parah akibat kecelakaan kerja di pabrik.
Lee Jae Myung tumbuh dalam kondisi serba kekurangan. Setelah lulus sekolah dasar, ia langsung bekerja di berbagai pabrik di sekitar Seoul karena keluarganya tak mampu membiayai pendidikannya. Bahkan, saat masih sekolah dasar, ia sering absen demi membantu ibu dan saudara perempuannya mencari nafkah sebagai pembersih toilet.
Saat bekerja di pabrik sarung tangan bisbol, sebuah kecelakaan tragis menimpanya. Lengan kirinya tergencet mesin press, menyebabkan cacat permanen yang membuatnya terbebas dari wajib militer.
Selain kecelakaan kerja, Lee juga mengalami perundungan di pabrik. Keputusasaan sempat mendorongnya untuk mencoba bunuh diri sebanyak dua kali, namun gagal.
Namun, Lee Jae Myung tidak menyerah. Ia bangkit dan berjuang untuk melanjutkan pendidikannya. Berkat beasiswa, ia berhasil masuk ke Universitas Chung-Ang Seoul dan kemudian lulus ujian pengacara pada tahun 1986. Setelah itu, ia berdedikasi sebagai pengacara dan aktivis hak asasi manusia.
Kisah masa lalunya yang penuh perjuangan inilah yang selalu ia sampaikan selama kampanye. Lee Jae Myung berjanji bahwa kebijakan yang akan ia terapkan kelak akan mencerminkan pengalaman hidupnya.
"Di balik setiap kebijakan saya, ada kehidupan saya sendiri yang penuh kemiskinan dan kesedihan, perjuangan sehari-hari rakyat Korea Selatan," ujarnya saat kampanye.
"Alasan saya terjun ke dunia politik adalah karena saya ingin menciptakan dunia yang penuh harapan bagi mereka yang masih menderita dalam kemiskinan dan keputusasaan," tambahnya.
Lee Jae Myung resmi terpilih sebagai presiden Korsel setelah memenangkan pemilu dengan perolehan suara yang sangat signifikan, yaitu 96,74 persen.
Dalam pidato kemenangannya, Lee mengajak seluruh warga Korsel untuk bersatu, maju dengan harapan, dan memulai babak baru.
"Meskipun kita mungkin berbeda pendapat untuk sementara waktu, bahkan mereka yang tidak mendukung kita tetaplah warga negara Republik Korea," katanya.
Ia juga berjanji untuk membuka dialog dan komunikasi dengan Korea Utara, yang secara teknis masih dalam status perang dengan Korsel, demi mencapai perdamaian dan kemakmuran bersama.