Perang di Jalur Gaza terus memakan korban. Seorang perwira militer Israel mengungkapkan bahwa lebih dari 10.000 tentara telah tewas atau terluka selama operasi berlangsung. Kondisi ini memicu kritik keras terhadap sistem cadangan militer.
Media Israel melaporkan peningkatan ketidakpuasan di kalangan tentara. Seorang komandan batalion, yang identitasnya dirahasiakan, menyatakan bahwa ribuan tentara juga menderita gangguan stres pascatrauma akibat perang.
Baru-baru ini, tiga tentara Israel berpangkat sersan satu tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza utara. Kendaraan Hummer yang mereka tumpangi diserang di Jabalia, mengakibatkan tewasnya mereka dan melukai dua petugas pemadam kebakaran. Ketiga tentara tersebut berasal dari batalyon kesembilan Brigade Infanteri Givati. Sebelumnya dilaporkan tiga tentara tewas dan 11 lainnya terluka dalam insiden yang sama.
Sayap militer Hamas, Al-Qassam, mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, menyatakan bahwa pejuang mereka terlibat bentrokan sengit dengan tentara Israel dari jarak dekat di Jabalia, menyebabkan sejumlah tentara Israel tewas dan terluka.
Di tengah situasi ini, keluhan dan kritik terhadap sistem cadangan militer Israel semakin meningkat. Para perwira mengeluhkan kebijakan yang memungkinkan tentara dipanggil kembali ke medan tempur setelah lebih dari 72 hari bertugas. Kebijakan pemanggilan kembali tentara cadangan secara tiba-tiba untuk bertempur di Gaza memicu ketidakpuasan. Banyak perwira cadangan juga mengeluhkan kurangnya kehadiran komandan mereka selama periode dinas tambahan.